Abstract:
Instabilitas yang ada di antara negara-negara eks-Uni Soviet dan Blok Timur setelah berakhirnya Perang Dingin, mendefinisikan wajah kawasan Eropa Timur. Instabilitas muncul setelah negara-negara tersebut memerdekakan diri dari Uni Soviet. NATO melihat bahwa stabilitas kawasan Eropa Timur dapat dicapai melalui perluasan keanggotaan. Potensi konflik diharapkan berkurang dan stabilitas keamanan di kawasan Eropa Timur dapat tercapai. Akan tetapi, setelah perluasan keanggotaan ke Eropa Timur, konflik tetap ada dan stabilitas kawasan belum sepenuhnya tercapai.
Untuk memahami pencapaian stabilitas kawasan Eropa Timur yang diraih NATO melalui perluasan keanggotaannya, penelitian kualitatif ini menggunakan Regional Security Complex Theory dan Democratic Peace Theory. Terdapat tiga temuan terhadap rumusan masalah. Pertama, dinamika kompleksitas kawasan Eropa Timur berpola enmity atau permusuhan. Kedua, pencapaian stabilitas melalui perluasan keanggotaan NATO baru tercapai pada dinamika berpola amity di antara negara-negara anggota NATO dan negara demokrasi non-anggota. Temuan ketiga yang berhubungan dengan temuan kedua adalah status Rusia sebagai great power di Eropa Timur menyebabkan perluasan anggota NATO tidak dapat menjangkau seluruh negara di kawasan.