Abstract:
Pada laporan penelitian “First Integrative Trend Analysis for a great ape species in Borneo” Orangutan Kalimantan diperkirakan mengalami penurunan populasi hingga 25 persen dalam kurun 10 tahun terakhir yang disebabkan oleh deforestasi dan mengakibatkan Orangutan Kalimantan terancam punah.Untuk mengurangi ancaman tersebut, konservasi menjadi sebuah solusi yang dapat melestarikan kembali populasi Orangutan Kalimantan dan habitatnya. Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) menjadi salah satu konvensi internasional yang secara eksplisit mendukung bahwa konservasi perlu dilaksanakan oleh setiap negara agar pelestarian satwa dapat tercapai. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan CITES di Indonesia tidak dilakukan secara efektif oleh pemerintah, sehingga konservasi juga perlu dilakukan oleh non-negara. Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) menjadi salah satu organisasi internasional non-pemerintah (INGO) yang menaruh fokus konservasi dengan beberapa upaya yang dapat melestarikan Orangutan Kalimantan dan habitatnya. Melalui pertanyaan “Bagaimana upaya BOSF dalam melakukan konservasi Orangutan Kalimantan di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah?”, penelitian ini menggunakan green theory dari Robyn Eckersley yang menerangkan bahwa ecological responsibility, sustainable development, dan grass-root democracy dinilai sebagai integrasi perlindungan lingkungan, dan konsep upaya INGO dari David Lewis yang menjelaskan bahwa terdapat tiga upaya yang dapat dilakukan yakni service delivery, advocacy, innovation dan evaluation. Dari upaya service delivery, konservasi dilakukan dengan melaksanakan konservasi ex-situ, konservasi in-situ, dan pemberdayaan masyarakat melalui program Samboja Lestari, Nyaru Menteng, dan Mawas sebagaimana hal tersebut dilakukan untuk mengurangi ancaman kepunahan Orangutan Kalimantan dan mengurangi tingkat eksploitasi hutan yang dilakukan oleh manusia. Sedangkan upaya advocacy, innovation, dan evaluation, konservasi menjadi comparative advantage BOSF yang dilakukan melalui kerjasama dengan negara dan non-negara dalam bentuk pemberian pendidikan lingkungan hidup, kampanye, pelaksanaan Best Management Practices (BMP), penelitian dan pengembangan, dan lain-lain yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya konservasi dan meningkatkan kinerja BOSF dalam melestarikan Orangutan Kalimantan dan habitatnya.