Abstract:
Penelitian ini mendeskripsikan kondisi sosial yang ada di Amerika Serikat dengan fokus pada komunitas afro-amerika yang mengalami diskriminasi dan opresi salah satunya dikarenakan oleh adanya prejudice dan stereotype negatif, bias rasial ini memicu kekerasan oleh aparat kepolisian Amerika Serikat. Kondisi ini memunculkan perlawanan dari komunitas afro-amerika yang menuntut kesetaraan dan keamanan, salah satu gerakan yang muncul adalah gerakan Black Lives Matter yang berupaya melawan state violence termasuk didalamnya kekerasan oleh aparat kepolisian. Black Lives Matter sendiri memiliki karakteristik yang berbeda dari pergerakan hak sipil pendahulunya karena gerakan melibatkan media sosial, salah satunya adalah Twitter karena gerakan ini bermula dari sebuah tanda pagar di twitter sebagai sebuah respon dari kasus kekerasan oleh aparat kepolisian. Penelitian ini melihat bagaimana media sosial memiliki peran dalam pergerakan sosial dengan mengambil pertanyaan riset Bagaimana Peran Twitter Dalam Perkembangan Gerakan Solidaritas Terhadap Komunitas Afro-Amerika dan Pembentukan Organisasi Black Lives Matter Di AS?. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut penulis menggunakan Social Movement Theory yang disertai dengan konsep Ekologi Konektivitas Kompleks untuk menjelaskan peran twitter sebagai sebuah ruang publik virtual yang mempersatukan individu melintasi jarak geografis negara. Penelitian ini menemukan bahwa twitter menjadi ruang lingkup virtual tempat masyarakat bertukar informasi sehingga memiliki dampak dalam perkembangan isu internasional. twitter juga memunculkan identitas kolektif dengan menyatukan individu-individu dengan latar belakang dan pengalaman menghadapi opresi yang serupa.