Abstract:
Saat ini, perusahaan semakin dituntut untuk menghasilkan produk yang berkualitas baik agar dapat memuaskan keinginan pelanggan. Usaha yang dapat dilakukan perusahaan untuk memuaskan keinginan pelanggan adalah dengan menjaga dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Untuk dapat mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan, perusahaan dituntut untuk menekankan aspek efisiensi dan efektivitas dalam menjalankan kegiatan produksinya. Namun, pada kenyataannya dalam setiap tahapan proses produksi terdapat hambatan-hambatan yang terjadi yang dapat mengakibatkan proses produksi menjadi tidak efisien dan efektif.
Pemeriksaan operasional adalah proses mengevaluasi efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan untuk mengidentifikasi area masalah yang memerlukan tindakan perbaikan agar dapat mencapai tujuannya. Terdapat lima tahapan pemeriksaan operasional yang dilakukan yaitu planning, work program, field work, development of review findings and recommendation, dan reporting. Hasil dari pemeriksaan operasional akan memberikan informasi yang dibutuhkan bagi pihak manajemen agar dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif yaitu mengumpulkan data dengan cara menggambarkan karakteristik dari variabel-variabel yang ada di perusahaan. Teknik pengumpulan data menggunakan studi literatur serta studi lapangan melalui wawancara, observasi, dan analisa data perusahaan. Data yang telah dikumpulkan akan diolah dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian ini, PT X ditetapkan sebagai objek pemeriksaan operasional. PT X merupakan perusahaan industri dan perdagangan furnitur berkualitas tinggi serta memiliki spesifikasi yang disesuaikan dengan berbagai macam kebutuhan. Tahapan proses produksi yang terjadi di perusahaan terbagi menjadi tiga bagian besar yaitu konstruksi, finishing, dan assembly.
Berdasarkan pemeriksaan operasional yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa critical problem PT X adalah produk cacat yang dihasilkan selama proses produksi. Akibat produk cacat tersebut, PT X mengeluarkan biaya rework sebesar Rp. 3.177.918.285 dan mengalami total kerugian sebesar Rp. 8.972.197.888. Biaya rework dan total kerugian yang dialami perusahaan ini cukup besar karena banyaknya persentase produk cacat yang melewati batas toleransi. Faktor-faktor yang menyebabkan produk cacat tersebut terdiri atas manusia, mesin, metode, material, dan lingkungan. Oleh karena itu, penulis memberikan beberapa rekomendasi untuk dilakukan tindakan korektif agar dapat mengurangi produk cacat yang dihasilkan perusahaan.