Pemeriksaan operasional pada proses produksi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pada proses produksi : studi kasus CV. Kijang

Abstract

Berdasarkan data dari Kemenperin, industri pakaian jadi merupakan salah satu industri unggul di dalam negeri. Maka, setiap perusahaan konveksi yang memproduksi pakaian jadi menghadapi persaingan yang tinggi. Untuk itu setiap perusahaan konveksi perlu meningkatkan keunggulan kompetitifnya untuk dapat menguasai pasar. Dalam menghadapi persaingan, perusahaan perlu memperhatikan keadaan ekstern dan internnya. Oleh karena itu pemeriksaan operasional juga diperlukan untuk menilai kinerja perusahaan.

Pada perusahaan konveksi aktivitas produksi adalah aktivitas yang paling penting. Produksi merupakan salah satu kegiatan operasi yang penting di dalam suatu perusahaan karena dengan memproduksi barang perusahaan dapat menjual barang tersebut dan mendapatkan laba. Proses produksi memiliki peranan penting karena berperan mengubah input menjadi output. Untuk menilai apakah aktivitas produksi sudah berjalan efektif dan efisien adalah dengan melakukan pemeriksaan operasional. Pemeriksaan operasional adalah kegiatan evaluasi pada aktivitas operasi perusahaan untuk mengidentifikasi area mana yang memerlukan perbaikan sehingga aktivitas operasi di dalam suatu perusahaan dapat berjalan dengan efektif, efisien, dan ekonomis.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi deskriptif. Sumber data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Analisis yang digunakan adalah analisis dari data yang didapatkan dari perusahaan untuk mendapatkan informasi mengenai target yang tidak tercapai pada proses produksi, dampak dari outsource, dan proses produksi yang tidak efektif dan tidak efisien. Objek penelitian pada penelitian ini adalah pemeriksaan operasional terhadap proses produksi di sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang seragam profesi untuk anak kecil yaitu CV. Kijang.

Berdasarkan hasil pemeriksaan operasional yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa perencanaan pada target produksi dan implementasi penyelesaiannya belum memadai. Waktu penyelesaian yang ditentukan perusahaan tidak memperhitungkan kemampuan kegiatan produksi perusahaan sehingga perusahaan melakukan outsource. Dampak yang timbul akibat melakukan outsource pada bulan Juli-September 2017 adalah perusahaan kehilangan keuntungan sebesar Rp 92.078.500 atau 49% dari keuntungan yang bisa didapatkan bila memproduksi sendiri. Pengerjaan target produksi yang tidak tepat waktu lebih besar 50% dari keseluruhan target produksi. Pengawasan proses produksi belum memadai. Banyak kelalaian yang tidak diketahui oleh atasan. Pengelolaan sumber daya manusia pada bagian produksi belum baik. Tingginya jumlah ketidakhadiran, cuti, dan keterlambatan berdampak pada penyelesaian pekerjaan yang tidak sesuai target. Informasi dari laporan yang dimiliki perusahaan tidak digunakan secara optimal. Aktivitas dan fasilitas penunjang proses produksi belum optimal. Banyak bahan baku yang ditemukan rusak ketika akan dipakai. Rekomendasi untuk permasalahan tersebut diantaranya mempertimbangkan pembuatan target produksi dengan memperhitungkan kemampuan produksi, khususnya bagian jahit karena kemampuannya terbatas, pengawasan di setiap lokasi agar proses produksi berjalan teratur dan masalah yang terjadi bisa langsung diketahui, evaluasi dan pelatihan berkala untuk karyawan, pemeriksaan laporan secara rutin dan membuat kebijakan dan prosedur untuk aktivitas dan fasilitas penunjang produksi.