Abstract:
Bangunan-bangunan bersejarah umumnya memiliki langgam arsitektur yang khas dan detail ornamen khusus sehingga memberikan impresi tersendiri bagi pengamat. Keunikan arsitekturnya dapat dengan mudah dieksplorasi pada saat terpapar cahaya di siang hari. Pada malam hari, pencahayaan buatan mengambil peran dalam menghadirkan kualitas visual bangunan bersejarah tersebut. Pencahayaan buatan berpotensi meningkatkan kualitas visual, dan sebaliknya juga dapat melemahkan bila tidak diaplikasikan dengan tepat. Penelitian ini akan mengeksplorasi kualitas visual bangunan-bangunan bersejarah di Kawasan Simpang Lima, Semarang mencakup Gedung Lawang Sewu, Wisma Perdamaian, dan Museum Mandala Bhakti. Kawasan tersebut menarik untuk diteliti karena merupakan salah satu landmark kota Semarang dan bangunan di sekitarnya memiliki variasi sistem pencahayaan buatan pada fasadnya. Analisis dilakukan dengan membandingkan kualitas visual bangunan di Kawasan Simpang Lima pada siang hari dan malam hari berdasarkan observasi di lapangan, dookumentasi objek, dan penilaian persepsi visual responden. Ditemukan penurunan kualitas visual pada malam hari terdapat pada seluruh objek studi yang diteliti. Kontribusi sistem pencahayaan buatan terutama aspek teknik pencahayaan, luminasi dan warna cahaya berperan besar dalam mereduksi kualitas visual bangunan.
Description:
Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional Arsitektur dan Tata Ruang Binaan (SAMARTA) 2017. Prodi Arsitektur Universitas Udayana. Denpasar, Bali, 6 Oktober 2017.