dc.description.abstract |
Myanmar, sejak tahun 1962, berada di bawah kekuasaan junta militer yang menggantikan pemerintahan dengan rezim otoriter militer. Pelanggaran hak-hak asasi manusia oleh junta militer menjadi penyebab lahirnya pemberontakan pada tahun 1988 yang dibawahi oleh para aktivis mahasiswa dan biksu untuk menuntut kembalinya demokrasi. Namun, aksi demonstrasi ini disikapi oleh junta militer dengan tindak kekerasan dan memakan banyak korban jiwa. Sejak pemberontakan 1988, rakyat Myanmar berusaha melakukan gerakan perubahan di bawah pengaruh tokoh perempuan Aung San Suu Kyi yang melakukan gerakan demokrasi tanpa menggunakan kekerasan. Film The Lady digunakan sebagai media untuk mengetahui perjuangan Aung San Suu Kyi dalam permasalahan politik di Myanmar tahun 1988-2000. Terkait hal tersebut, penelitan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana representasi perempuan dalam gerakan demokrasi yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi di Myanmar pada film The Lady. Untuk mencapai tujuan, penelitian ini menggunakan teori feminisme liberal dalam memahami dan mendeskripsikan bagaimana Aung San Suu Kyi, sebagai pemimpin perempuan, memperjuangkan demokrasi di Myanmar pada tahun 1988-2000. Pada akhir penelitian, penulis menyimpulkan bahwa gerakan demokrasi yang dipimpin oleh tokoh perempuan Aung San Suu Kyi di Myanmar berhasil direfleksikan dalam film The Lady. |
en_US |