Abstract:
Saat ini hampir semua negara maju sedang mengalami masalah populasi, dimana tingkat populasi pada negara-negara maju sedang menghadapi tren penurunan, hal ini disebabkan salah satunya karena rendahnya minat para anak-anak muda untuk memiliki keluarga sehingga hal ini berdampak kepada rendahnya angka kelahiran. Bersamaan dengan rendahnya angka kelahiran, jumlah penduduk yang mulai memasuki usia tua pun turut meningkat dengan pesat sehingga ketimpangan populasi pun terjadi, fenomena ini biasa dikenal dengan nama aging population. Jepang merupakan salah satu negara maju yang sedang mengalami masalah tersebut, masalah ini tentunya menjadi hal yang serius karena dapat berdampak buruk salah satunya terhadap kondisi ekonomi khususnya dalam sektor ketenagakerjaan. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Jepang telah berupaya menerapkan beberapa kebijakan untuk menanggulangi nya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana tindakan pemerintah Jepang dengan melihat upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam merespon masalah tersebut. Masalah aging population memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap ketersediaan tenaga kerja, dimana usia penduduk yang muda mulai berkurang sehingga hal ini berpengaruh kepada tingkat produktivitas negara. Dalam mengatasi masalah aging population, pemerintah Jepang mengeluarkan beberapa kebijakan agar bisa mengisi kekosongan tenaga kerja salah satunya adalah dengan membuka pintu bagi para imigran. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah Jepang cukup bertentangan dengan pandangan masyarakat Jepang yang terbilang masih konservatif karena masih banyak masyarakat Jepang melihat budaya sebagai kekayaan suatu negara.