Kepentingan Tiongkok dan hubungannya dengan konflik Sudan-Sudan Selatan

Show simple item record

dc.contributor.advisor Pakpahan, Aknolt Kristian
dc.contributor.author Patricia, Sharon
dc.date.accessioned 2018-04-26T03:10:30Z
dc.date.available 2018-04-26T03:10:30Z
dc.date.issued 2017
dc.identifier.other skp35202
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/5621
dc.description 7993 - FISIP en_US
dc.description.abstract Tiongkok merupakan negara dengan perekonomian yang terus berkembang saat ini. Perkembangan ekonomi ini pun diikuti dengan meningkatnya hubungan kerjasama Tiongkok dengan negara-negara lain khususnya negara-negara di Benua Afrika, yaitu Sudan dan Sudan Selatan. Menjadi hal yang menarik dan penting untuk dibahas mengenai perkembangan Tiongkok dalam dunia internasional. Oleh karena itu penelitian ini akan membahas pertanyaan riset sebagai berikut: Bagaimana Tiongkok Menjaga Kepentingan/Kerjasama Ekonomi dengan Sudan dan Sudan Selatan terkait Konflik Sudan-Sudan Selatan (2005-2014)? Untuk menjawab pertanyaan riset di atas, penulis menggunakan teori dan beberapa konsep. Pertama, teori Liberalisme menurut John Locke yang menyatakan bahwa perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan internasional dapat dicapai melalui kerjasama dan cara-cara diplomasi. Kedua konsep civil war yang akan menjelaskan mengenai latar belakang perang saudara antara Sudan dan Sudan Selatan. Ketiga konsep foreign policy yang digunakan untuk menjelaskan untuk melihat keputusan suatu negara yang dapat berimplikasi terhadap negara-negara lainnya. Keempat konsep pihak ketiga yang akan menjelaskan posisi Tiongkok sebagai penengah antara Sudan dan Sudan Selatan. Kelima konsep diplomasi yaitu bagaimana suatu negara menjalin hubungan kerjasama melalui cara-cara diplomasi. Keenam konsep national interest yang berarti bahwa dalam hubungan kerjasama, setiap negara pasti memiliki kepentingannya masing-masing untuk memenuhi kebutuhan negaranya sendiri. Penelitian ini menemukan bahwa, pada awalnya hubungan Tiongkok dan Sudan berjalan baik hingga akhirnya Sudan Selatan memisahkan diri dari Sudan dan membentuk negara baru. Hubungan Tiongkok dengan Sudan tidak terlalu menemukan kendala namun sejak saat itulah Tiongkok berusaha lebih keras untuk menjalin hubungan dengan Sudan Selatan dikarenakan adanya ketidakpercayaan warga Sudan Selatan yang menilai Tiongkok berpihak kepada Sudan. Untuk kembali mendapatkan kepercayaan Sudan Selatan, Tiongkok melakukan berbagai cara diplomasi, salah satunya dengan membuka konsulat umum di Juba, ibu kota Sudan Selatan. Cara ini ditempuh Tiongkok guna menjaga kepentingan nasionalnya yaitu memperoleh minyak baik dari Sudan maupun Sudan Selatan. en_US
dc.language.iso Indonesia en_US
dc.publisher Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik - UNPAR en_US
dc.subject Tiongkok en_US
dc.subject Sudan en_US
dc.subject Sudan Selatan en_US
dc.subject Kepentingan Nasional en_US
dc.title Kepentingan Tiongkok dan hubungannya dengan konflik Sudan-Sudan Selatan en_US
dc.type Undergraduate Theses en_US
dc.identifier.nim/npm NPM2013330046
dc.identifier.nidn/nidk NIDN0421047502
dc.identifier.kodeprodi KODEPRODI609#Ilmu Hubungan Internasional


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account