dc.description.abstract |
Kebutuhan belanja pembangunan yang besar sering kali menjadi hambatan dalam anggaran pemerintah, sehingga harus menghadapi kondisi defisit anggaran dan mencari sumber pembiayaan lain. Pembiayaan melalui utang menjadi salah satu cara untuk menutup defisit anggaran dan untuk pembangunan nasional. Namun, utang akan menjadi beban anggaran pada tahun yang akan datang karena perlu dibayar kembali dengan bunga yang sudah ditetapkan. Kebutuhan investasi yang tinggi dan penggunaan utang sebagai sumber pembiayaan menjadi risiko pemerintah dalam keberlanjutan fiskal. Penelitian ini menggunakan data panel tahunan dari 2000-2016 di ASEAN-5. Untuk menganalisis pengaruh investasi publik terhadap utang pemerintah dan mengukur keberlanjutan fiskal di ASEAN-5, penulis menggunakan metode Two Stage Least Square (2SLS) dan pendekatan Fiscal Reaction Function. Hasil dari penelitian pada persamaan pertama adalah investasi publik, tingkat suku bunga, dan karakteristik negara signifikan memengaruhi utang pemerintah. Peningkatan investasi publik akan menurunkan rasio utang pemerintah. Dalam persamaan kedua, utang pemerintah, inflasi, kurs, pertumbuhan ekonomi, dan karakteristik Indonesia, Filipina, dan Thailand signifikan memengaruhi rasio keseimbangan primer, sedangkan karakteristik Malaysia tidak signifikan. Berdasarkan perhitungan aktual keseimbangan primer terhadap PDB diketahui bahwa kondisi fiskal Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand pada tahun anggaran 2000-2016 dapat dikatakan berkelanjutan. |
en_US |