Abstract:
Dalam setiap perusahaan manufaktur pasti memiliki mesin produksi
utama yang digunakan untuk melakukan proses produksi. Permasalahan yang
sering terjadi adalah perihal breakdown atau kerusakan pada mesin yang
menyebabkan mesin berhenti atau tidak dapat menjalankan proses produksi
sebagaimana mestinya, sehingga hal ini sangat merugikan pihak perusahaan.
Bengkel X merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi
pembentukan pelat. Segala proses produksi pembentukan pelat sangat
bergantung pada kehandalan mesin-mesin yang digunakan, sehingga
permasalahan breakdown atau kerusakan pada mesin sangat mempengaruhi
kinerja produksi.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meminimasi breakdown atau
kerusakan pada mesin adalah dengan menerapkan sistem perawatan yang baik.
Metode Total Productive Maintenance (TPM) merupakan metode perawatan
mesin yang akan dirancang dan diimplementasikan pada mesin tekuk dan
potong di Bengkel X. Metode TPM adalah salah satu metode perawatan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas dan produktivitas produksi
perusahaan. Metode ini merupakan sebuah sistem yang bertujuan untuk
memaksimalkan efektifitas dari peralatan dan merencanakan semua aspek
operasional yang bersangkutan dengan sumber daya manusia.
Dalam menerapkan TPM, terdapat 3 fase yaitu Persiapan (pengenalan
proses produksi, layout dan standar operasi pekerja), Penerapan (Autonomous
Maintenance yang merupakan kegiatan untuk melibatkan operator dalam
merawat mesinnya sendiri dan Scheduled Maintenance yang merupakan
standarisasi jadwal perawatan mesin dan pendokumentasian segala kejadian
pada mesin), dan Pengembangan (faktor-faktor pendukung TPM).
Dalam pengimplementasiannya, TPM sangat erat kaitannya dengan
pengembangan dari indikator OEE (overall equipment effectiveness). Hal ini
merupakan indikator untuk mengukur seberapa efektif suatu operasi produksi
dijalankan, sehingga OEE merupakan indeks dari TPM yang digunakan untuk
menentukan seberapa besar keberhasilan sistem perawatan tersebut.