Abstract:
PT.X adalah salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak di dalam
industri plastik baik bagi kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan akan industri
tekstil. Sebagai salah satu perusahaan plastik yang sudah cukup lama berdiri di
Bandung semenjak tahun 1991. PT.X dihadapkan pada persaingan pasar industri
plastik yang membutuhkan produk dengan kualitas baik dan juga jumlah demand
yang cukup tinggi. Adapun keanekaragaman produk dan permintaan yang cukup
tinggi membuat PT.X perlu memiliki pengiriman produk dan proses produksi yang
baik. PT.X saat ini mengusahakan sebaik mungkin agar dapat memenuhi
kebutuhan akan produk berbahan baku plastik. Perubahan-perubahan seiring
berjalannya waktu menimbulkan masalah keterhambatan pengiriman produk.
Cara yang dipakai untuk meminimasi masalah terhambatnya pengiriman
tersebut adalah dengan melakukan perancangan sistem material handling (MH)
dan standar Operating Procedure (SOP).Langkah pertama perancangan adalah
dengan melakukan identifikasi masalah dari flow process Chart (FPC), Layout
awal dan prinsip-prinsip material handling yang digunakan untuk identifikasi
masalah dalam perusahaan. Pendefinisian masalah yang perlu diperbaiki dengan
membuat checklist yang memberikan gambaran secara umum mengenai kondisi
dari stasiun kerja dan departemen di dalam PT.X.
Langkah selanjutnya penyelesaian masalah keterlambatan dengan
membuat material Handling Planning Chart (MHPC) yang membantu perusahaan
untuk menentukan jumlah dan tipe-tipe alat MH yang dapat digunakan. Pemilihan
alat MH seperti pallet jack, forklift, handtruck, pallet plastik, dan stacking
kontainer, adalah usulan investasi bagi alat MH yang dapat memperbaiki
permasalahan. Penyelesaian sebab masalah tumpukan barang adalah dengan
membuat SOP yang memberikan gambaran mengenai urutan kerja dan aturan
yang perlu diketahui oleh operator kerja pada setiap stasiun kerja di dalam
perusahaan. Adanya SOP akan menjamin kinerja operator agar selalu dengan
urutan kerja yang ada dan menghindari terjadinya tumpukan karena operator
tidak bekerja sesuai dengan SOP yang telah dibuat.
Dari beberapa usulan perbaikan yang diajukan dan telah diterapkan
dilakukan perhitungan nilai kapasitas mesin dan biaya operasional. Adanya
peningkatan nilai kapasitas mesin injeksi sebesar 29% menjadi 86,8% tingkat
kapasitas mesin injeksi. Peningkatan pada mesin ektrusi sebesar 22% menjadi
88,8% tingkat kapasitas mesin. Hasil ini didapatkan setelah dilakukan usulan
perbaikan, usulan alat MH dianggap telah dapat meminimasi masalah
keterlambatan pengiriman yang ada. Perhitungan biaya tenaga kerja dan biaya
overtime akan menunjukkan adanya perbaikan dari segi tumpukan yang
membutuhkan kerja dari operator untuk membereskan tumpukan yang ada.