Abstract:
Proses desinfeksi air minum yang umum digunakan dalam masyarakat adalah desinfeksi dengan penambahan zat kimia (seperti kaporit) atau dengan melakukan perebusan. Desinfeksi dengan zat kimia dapat mengubah rasa dan meninggalkan residu bahan kimia di dalam air. Sedangkan desinfeksi dengan perebusan membutuhkan energi yang tidak sedikit. Penelitian ini mengkaji metode desinfeksi air tanah dengan sinar UV. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk sterilisasi air tanah dalam skala menengah, misalkan pada instalasi penyedia air minum komunitas perkotaan di daerah padat penduduk yang rawan pencemaran mikroba patogen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh karakteristik air tanah (kesadahan dan kandungan besi) dan aerasi terhadap efektivitas desinfeksi air tanah dengan lampu UV (tipe low pressure Hg amalgam) dalam fotoreaktor kolom secara batch. Kualitas air minum diukur dengan kandungan bakteri koliform sebagai indikator pencemaran air oleh mikroba patogen. Analisa kandungan koliform dilakukan dengan metode Most Probable Number (MPN). Variasi kadar besi dilakukan dengan penambahan FeCl3 sedangkan variasi kesadahan dilakukan dengan penambahan CaCl2. Efektivitas desinfeksi diukur dari nilai konstanta kematian, sebagai tolok ukur laju kematian mikroba, yang dihitung dari data percobaan selama proses desinfeksi berlangsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sistem aerasi tidak dibutuhkan dalam proses desinfeksi. Di samping itu, kandungan kesadahan dan besi pada konsentrasi tertentu dapat menurunkan efektivitas desinfeksi. Air tanah dengan kandungan kesadahan di atas 300 ppm dan besi > 20 ppm perlu diolah terlebih dahulu, karena kandungan pengotor-pengotor tersebut dapat mengganggu efektivitas proses desinfeksi dengan signifikan.