Abstract:
Kehidupan manusia kontemporer ditandai dengan penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi, secara khusus media sosial. Media sosial memasuki segala bidang kehidupan manusia, dan mengubah kebiasaan hidup, bentuk relasi, cara belajar, cara berpikir, dan cara mendidik manusia. Perkembangan media sosial juga memunculkan model pembelajaran yang makin interaktif, partisipatoris, dan kreatif.
Teknologi media sosial memiliki dua sisi mata uang. Di satu sisi, media sosial memberi dampak positif bagi perkembangan kemanusiaan. Berkat media sosial, masyarakat dapat dididik untuk semakin demokratis dan kritis. Media sosial membuka dan mempermudah akses bagi masyarakat informatif, yakni sebagai masyarakat pencari, penilai, pengolah, dan pembagi informasi yang kreatif, kritis, dan saling terkoneksi. Media sosial juga bisa menjadi sarana untuk mengembangkan kesadaran humanistik, membangun otonomi, empati, bela rasa, maupun solidaritas universal manusia. Pendek kata, media sosial membuat manusia makin beradab. Di sisi
lain, media sosial memberi dampak sebaliknya yakni menciptakan budaya teknologis yang membawa manusia pada perilaku yang justru makin anti-humanis. Lewat media sosial, berbagai kejahatan kemanusiaan bisa mendapat ruang geraknya secara mudah pula, seperti menebarkan teror, melakukan korupsi, manipulasi data, ideologisasi kekerasan, dan sebagainya. Lewat media sosial itu pula, orang bisa menjadi makin tidak peduli, kehilangan jati diri, dan kurang bertanggungjawab. Di
sini, media sosial justru menjadikan manusia makin tidak beradab.
Berhadapan dengan perkembangan media sosial ini, pendidikan etika masih tetap relevan diberikan. Dalam konteks pendidikan, pendidikan etika mutlak diperlukan agar orang tidak salah arah ketika berhadapan dengan arus perkembangan teknologi dan ia tetap tertuju pada visi kemanusiaannya melalui pendidikan karakter yang menekankan soal kejujuran, tanggung jawab, dan penghargaan kepada orang lain. Selain itu, arah pendidikan juga perlu diprioritaskan bagi mereka yang tertinggal.