Abstract:
Penduduk di dunia semakin membutuhkan transportasi seiring dengan meningkatnya mobilitas penduduk dan barang. Penggunaan transportasi seringkali menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama kematian kalangan muda berumur 15-29 tahun. Peningkatan jumlah kecelakaan lalu lintas terjadi sebesar 80% di Indonesia, dimana salah satu penyebab kecelakaan lalu lintas adalah kelelahan (fatigue) yang dialami manusia. Kelelahan ini dapat menyebabkan tingkat kewaspadaan manusia menurun. Eksperimen untuk mengukur tingkat kelelahan pengemudi dilakukan terhadap 6 orang partisipan pria berusia 18-25 tahun yang berasal dari populasi mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR), Bandung. Penugasan partisipan dilakukan dengan menggunakan metode within-subject design. Pengukuran tingkat kantuk dilakukan dengan Karolinska Sleepiness Scale (KSS) dan electroencephalograph (EEG). Eksperimen dilakukan dengan melakukan kegiatan mengemudi pada driving simulator. Kegiatan mengemudi dilakukan pada partisipan yang mengalami kondisi keterjagaan selama 8-10 jam dan 10-12 jam di jalan monoton. Kegiatan mengemudi dilakukan selama 34 menit untuk partisipan dengan kondisi keterjagaan 8-10 jam dan 24 menit untuk kondisi keterjagaan 10-12 jam. Kegiatan mengemudi dilakukan sebanyak dua kali dan diselingi dengan waktu istirahat selama 10 menit, 15 menit, dan 20 menit. Kegiatan mengemudi setelah istirahat dilakukan selama 40 menit. Hasil penelitian membuktikan bahwa faktor keterjagaan pada kegiatan mengemudi ke-1 berpengaruh terhadap rata-rata rasio tingkat kantuk, sedangkan faktor keterjagaan pada kegiatan mengemudi ke-2 tidak berpengaruh. Durasi istirahat berpengaruh terhadap rata-rata rasio tingkat kantuk kegiatan mengemudi ke-2 dan interaksi keterjagaan dan durasi istirahat tidak berpengaruh. Durasi istirahat terbaik yang dibutuhkan bagi pengemudi dengan keterjagaan 8-10 jam dan 10-12 jam adalah selama 20 menit.