dc.description.abstract |
Pada tahun 2016, industri tekstil mengalami tingkat pertumbuhan yang negatif. Di titik tersebut, produsen tekstil dan garmen Indonesia dituntut untuk melakukan pengendalian produk untuk dapat bertahan di industri tekstil. Salah satu pengendalian yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah pengendalian kualitas produk. Perusahaan yang harus mempertimbangkan kembali mengenai pengendalian kualitas dan biayanya adalah PT GR. PT GR adalah perusahaan tekstil penghasil kain denim di Indonesia yang sudah melakukan ekspor ke luar negeri. Kualitas dari kain denim dapat ditentukan dari kualitas benang yang digunakan. Hasil dari pengendalian kualitas di akhir produksi kain mengatakan bahwa Departemen Spinning III menyebabkan cacat yang paling dominan pada benang dan hingga saat ini PT GR mengalami kesulitan dalam mengendalikan kualitas benang. Maka, Departemen Spinning III harus melakukan beberapa tindakan perbaikan untuk mengoptimalkan biaya kualitas.
Biaya kualitas terdiri dari prevention cost, appraisal costs, internal failure cost dan external failure cost. Jika biaya kualitas tidak mencapai titik optimal, maka perusahaan perlu mengindentifikasi tindakan-tindakan perbaikan dan mengambil keputusan terkait perbaikan yang akan diterapkan oleh perusahaan. Untuk mengetahui penyebab kecacatan benang, perusahaan dapat menggunakan alat pengendalian keputusan seperti check sheet, diagram pareto, dan diagram sebab akibat. Biaya kualitas dan alat pengendalian keputusan dapat dijadikan sebagai input untuk pemilihan tindakan perbaikan yang akan diterapkan oleh perusahaan untuk mengoptimalkan biaya kualitas.
Penelitian di Departemen Spinning III PT GR dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif analitis. Penulis mengumpulkan data yang berasal dari wawancara , observasi, data biaya dan data inspeksi produksi benang lalu menyajikan dan menganalisis data yang diperoleh sehingga menggambarkan pengendalian kualitas dan biaya kualitas pada Departemen Spinning III. Kemudian penulis menarik kesimpulan dan memberikan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Departemen Spinning III mempunyai tiga bagian dalam pengendalian kualitas yaitu pengendalian kualitas pada bahan baku, proses produksi, dan barang jadi (benang). Sebelum dilakukan penerapan dari tindakan-tindakan perbaikan, ternyata komponen biaya kualitas yang terbesar adalah External Failure Cost sebesar Rp 184.380.000,00 (81,792%). Lalu Prevention Costs sebesar Rp 20.879.193,00 (9,262%) dan terakhir adalah Appraisal Costs sebesar Rp 20.165.887,00 (8,946%). Lalu dilakukan identifikasi tindakan-tindakan perbaikan dan pemilihan tindakan perbaikan tersebut. Tindakan-tindakan perbaikan yang dipilih dapat dilakukan semua karena perusahaan mempunyai kelebihan dana untuk biaya kualitas. Setelah dilakukan penerapan dari tindakan-tindakan perbaikan,biaya kualitas menjadi lebih optimal dengan hasil Prevention Costs menjadi Rp 115.237.933,00 ( 81,209%), Appraisal Costs tetap Rp 20.165.887,00 (14,211%) dan External Failure Cost menjadi Rp 6.500.000,00 (4,581%). Total penurunan biaya kualitas adalah Rp 83.521.260,00. Dengan biaya kualitas yang optimal, perusahaan dapat bertahan di industri tekstil dalam negeri dan dapat bersaing dengan produk luar negeri. Maka penulis menyarankan, perusahaan sebaiknya melakukan pemisahan biaya kualitas dengan biaya pabrik sehingga dapat mengetahui apakah biaya kualitas sudah optimal atau belum dan dapat mengetahui tindakan perbaikan yang akan diterapkan oleh perusahaan. |
en_US |