Studi perbandingan perilaku inelastik antara breising diagonal konsentris konvensional dan breising tahan tekuk

Show simple item record

dc.contributor.advisor Tjondro, Johannes Adhijoso
dc.contributor.author Joy, Misael Jeremia
dc.date.accessioned 2017-09-07T01:47:57Z
dc.date.available 2017-09-07T01:47:57Z
dc.date.issued 2017
dc.identifier.other skp34308
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/3258
dc.description 6077 - FTS en_US
dc.description.abstract Bangunan di Indonesia memiliki risiko keruntuhan akibat beban gempa, oleh karena itu, bangunan harus didesain secara khusus dengan memperhitungkan fenomena gempa. Tujuan desain bangunan tahan gempa adalah untuk mencegah terjadinya kegagalan struktur dan adanya korban jiwa. Penelitian dalam studi ini membandingkan antara bangunan struktur baja tahan gempa yang menggunakan sistem breising diagonal berupa sistem breising konsentris konvensional khusus (SCBF) dan sistem breising tahan tekuk (BRBF). Pemodelan gedung merupakan struktur baja 6 lantai dengan ketinggian tiap lantai 4 m dan terdiri atas 3 bentang dengan panjang 6 m dan berfungsi sebagai gedung perkantoran. Analisis menggunakan analisis riwayat waktu dengan 3 rekaman percepatan gempa, El-Centro 1940, Flores 1992, dan Denpasar 1979 dengan bantuan perangkat lunak ETABS 16.10. Dari hasil analisis riwayat waktu diketahui bahwa simpangan antar lantai dari kedua model struktur akibat ketiga gempa tidak melampaui batas simpangan ijin. Didapatkan rata-rata nilai faktor kuat lebih (0)= 4,305 untuk model dengan sistem breising SCBF dan 4,26 untuk model dengan sistem breising BRBF, lebih besar bila dibandingkan dengan nilai faktor kuat lebih pada ketentuan di SNI 1726-2012 yaitu sebesar 2 untuk SCBF dan 2,5 untuk BRBF. Didapatkan rata-rata nilai pembesaran deformasi (Cd)= 6,96 untuk model dengan sistem breising SCBF dan sebesar 7,14 untuk model dengan sistem breising BRBF, lebih besar dari nilai Cd yang ada pada ketentuan di SNI 1726-2012 yaitu sebesar 5 untuk SCBF maupun BRBF. Awal kemunculan sendi plastis pada kedua model terletak pada breising. Di detik terakhir, pada model dengan sistem breising SCBF terjadi sendi plastis pada kolom dan breising sedangkan pada model dengan sistem breising BRBF hanya terjadi sendi plastis pada breising saja. Tingkat kinerja struktur yang didapatkan untuk model dengan sistem breising SCBF ada dalam tingkat CP (Collapse Prevention) akibat gempa arah X dan LS (Life Safety) akibat gempa arah Y, sedangkan untuk model dengan sistem breising BRBF ada dalam tingkat IO (Immediate Occupancy) akibat kedua arah gempa. en_US
dc.publisher Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik - UNPAR en_US
dc.subject analisis riwayat waktu en_US
dc.subject SCBF en_US
dc.subject BRBF en_US
dc.subject sendi plastis en_US
dc.subject kinerja struktur en_US
dc.title Studi perbandingan perilaku inelastik antara breising diagonal konsentris konvensional dan breising tahan tekuk en_US
dc.type Undergraduate Theses en_US
dc.identifier.nim/npm NPM2013410067
dc.identifier.nidn/nidk NIDN0407055801
dc.identifier.kodeprodi KODEPRODI610#Teknik Sipil


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account