Abstract:
Proyek konstruksi semakin kompleks dan sulit untuk ditangani. Kompleksitas proyek konstruksi
meningkatkan permasalahan yang terjadi dalam siklus hidup proyek. Salah satu cara untuk
mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan konsep Building Information
Modelling (BIM). Building Information Modelling merupakan proses membuat dan mengelola
informasi dalam proyek konstruksi selama siklus hidup proyek. Terdapat empat tingkat kedewasaan
BIM yaitu; PreBIM, BIM level 1, BIM level 2, dan BIM level 3. Perbedaan pada setiap level
kedewasaan BIM adalah bentuk pekerjaan desain, informasi yang dimuat dalam model, dan
kolaborasi antar stakeholder.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman pelaku
konstruksi mengenai konsep BIM dan penerapannya pada proyek konstruksi gedung di Indonesia.
Pembatasan pada penelitian ini adalah penelitian hanya dilakukan pada proyek gedung di Bandung
dan Jakarta. Penelitian menggunakan kuesioner yang disebar kepada 30 pelaku konstruksi yang
mengerjakan proyek gedung yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 63%
responden tidak mengetahui istilah BIM dan level kedewasaan BIM. Hanya 3% dari responden yang
mengetahui BIM dan level kedewasaan BIM dengan tepat. Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa 90% dari proyek responden masih menerapkan BIM level 1. Sebanyak 17 dari 30 proyek
belum menerapkan level kedewasaan BIM yang optimal jka dikaitkan dengan siklus hidup proyek.