Abstract:
Perencanaan bangunan perlu memperhatikan berbagai aspek, beberapanya adalah aspek fungsi dan desain bangunan. Seringkali kita temui bangunan yang mempunyai denah menyerupai bentuk huruf L dan atau konfigurasi ketinggian bangunan yang berbeda-beda. Jika perbedaan tinggi lantai cukup besar, ada kemungkinan terbentuknya soft story. Soft story dapat terjadi jika kekakuan di lantai tersebut kurang dari 0,7 kekakuan di lantai atasnya atau 0,8 kali rata-rata kekakuan di tiga lantai di atasnya. Dalam studi ini, dilakukan perbandingan perilaku gedung beton bertulang delapan lantai dengan denah bentuk L tanpa soft story dan dengan soft story pada lantai dasar. Digunakan tiga model dalam studi ini, model 1 sebagai model tanpa soft story, model 2A dan model 2B yang memiliki soft story. Model 2A menggunakan ukuran penampang balok dan kolom, tulangan kolom, dan tipe kolom yang sama seperti model 1. Sedangkan model 2B adalah salah satu cara mengatasi efek dari soft story dengan memperbesar dan menambah tulangan kolom. Hasil dari studi ini, yaitu dibandingkan model 1, terdapat beda kekakuan sebesar 75,691% terhadap model 2A dan 74,707% terhadap model 2B. Dibandingkan model 1, terdapat beda simpangan lantai sebesar 259,230% terhadap model 2A dan 213,539% terhadap model 2B. Sedangkan pada simpangan antar lantai model 1, terdapat beda 259,230% terhadap model 2A dan 213,539% terhadap model 2B. Konfigurasi denah bentuk L dapat menyebabkan rotasi struktur, maka dari itu dalam studi ini digunakan penampang kolom berbentuk persegi panjang dan ukuran komponen struktural eksterior yang lebih besar. Adanya soft story menyebabkan simpangan lantai yang besar dan terjadinya konsentrasi simpangan antar lantai. Untuk mengatasinya, maka dibuatlah model 2B, yaitu dengan memperbesar dan menambah tulangan pada kolom. Terjadi penambahan rebar percentage pada kolom sebesar 0,38%