Pelestarian arsitektur Gereja Katedral peninggalan Kolonial Belanda di Kota Bandung

Show simple item record

dc.contributor.author Sombu, Alwin Suryono
dc.contributor.author Sudikno, Antariksa
dc.contributor.author Salura, Purnama
dc.date.accessioned 2017-08-29T04:21:47Z
dc.date.available 2017-08-29T04:21:47Z
dc.date.issued 2012
dc.identifier.isbn 978979-19503-3-6
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/3141
dc.description Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati. Dies 47 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik dan Perencanaan Universitas Petra. Surabaya, 4-5 Mei 2012. en_US
dc.description.abstract Gereja katedral Santo Petrus Bandung (1922) kini masih asli, utuh dan berfungsi baik, namun terganggu kesakralannya, yang tak terhindarkan. Studi ini bertujuan mengungkap Makna kultural gereja, menetapkan wujud makna kultural pada elemen arsitekturnya, dan menetapkan cara pelestariannya. Teori yang digunakan ialah teori Strukturalisme Saussure ('membaca' bentuk kebudayaan dengan memahami sistem-sistem utamanya melalui analogi bahasa); teori Capon (melihat arsitektur sebagai susunan dari elemen-elemennya, yang dikategorikan Fungsi-bentuk-makna); teori Pelestarian Arsitektur Oebasli, Feilden, Sidharta-Budihardjo (menggunakan pendekatan Nilai Makna Kultural dalam pelestarian arsitektur). Nilai-nilai ini akan dipertahankan melalui tindakan pelestarian. Permasalahan 'Makna kultural' gereja dan wujudnya dalam 'Elemen-elemen Arsitektu' ialah hal mendasar, karena itu studi ini bersifat kualitatif. Makna kultural yang diungkap terkait dengan elemen arsitektur Bentul-fungsi-makna, yaitu: aspek bentuk berupa Nilai Arsitektural dan Kekriyaan, aspek Fungsi berupa Nilai Keteknikan dan Kelokalan, aspek Makna berupa nilai Sejarah dan Simbolik bangunan. Hasil studi ini: makna kultural gereja ini terletak pada nilai-nilai Arsitektural, Kekriyaan, Keteknikan dan Simbolik. Nilai Sejarah pada gaya arsitektur Neo-Gotik (jelas terbaca), sedangkan nilai kelokalan kurang berperan. Wujudnya adalah: 1). Aspek bentuk: Selubung bangunan bertampilan megah, sakral, indah; Tata ruang bertema/bentuk salib-gotik terasa indah, nyaman dan sakral. 2). Aspek fungsi: Dinding selubung merangkap struktur utama dan penyerap bising/lembab; Plafon gaya Gotik berperan sebagai elemen akustik dan keindahan; Jendela-jendela sebagai sumber penerangan alami dan elemen estetik tema Gotik; Menara lonceng dan ornamen salib sebagai simbol spiritual. 3). Aspek makna: Bangunan berproporsi tinggi, menara lonceng, lambang salib merupakan elemen-elemen bermakna spiritual (kini tergannggu dengan adanya bangunan tinggi-besar di persil sebelah); Selubung bangunan Gotik bermakna sejarah (arsitektur Gotik). Elemen elemen arsitektur tersebut masih utuh, asli dan kokoh, hanya ada kerusakan kecil, kotor, lembab, berkarat. Maka tindakan pelestariannya adalah Preservasi, yaitu mempertahankan bangunan dan mencegah kerusakan tanpa perubahan melalui perawatan rutin dan pengendalian lingkungan. en_US
dc.publisher Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik dan Perencanaan Univeritas Petra en_US
dc.subject MAKNA KULTURAL en_US
dc.subject PRESERVASI BANGUNAN en_US
dc.title Pelestarian arsitektur Gereja Katedral peninggalan Kolonial Belanda di Kota Bandung en_US
dc.type Conference Papers en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account