dc.description.abstract |
Terorisme dan kekerasan berlatar-belakang agama yang terjadi di Indonesia erat kaitannya dengan isu-isu politik dan ekonomi domestik. Salah satu penyebabnya adalah kemiskinan. Pendapat ini sesuai dengan analisis mengenai ekonomi dan konflik yang menyatakan bahwa kondisi perekonomian yang buruk dapat meningkatkan ketidakpuasan dan kekerasan. Agresifitas seringkali dipicu oleh kesenjangan sosial-ekonomi, ketidakadilan, kemiskinan, tekanan-tekanan globalisasi selain karena tidak efektifnya manajemen publik. Dorongan untuk melakukan agresi ini juga diperkuat dengan kecenderungan orang untuk melakukan glorifikasi, atau menganggap diri dan golongan sendiri suci, serta menganggap benar ajaran agama sendiri. Kecenderungan ini melahirkan dehumanisasi dan demonisasi, yang melihat orang lain sebagai bukan manusia sehingga wajar bila perlu dimanusiakan dari segi prilaku maupun pemikiran. Kelompok ini melakukan pemaksaan agar orang lain menjadi seperti diri dan kelompoknya. Demonisasi berarti pen-setanan, melihat orang lain sebagai setan. Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama Islam, yang antara lain menyebutkan menghalalkan pembunuhan terhadap kelompok non-Muslim juga menjadi faktor penyumbang konflik dan terorisme. Dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia, Jawa Barat merupakan daerah asal dari banyak terjadinya terorisme dan kekerasan berbasis agama. Untuk itulah, penelitian ini difokuskan pada kota-kota di Jawa Barat, terutama yang banyak mengalami aksi-aksi kekerasan seperti Bandung, Tasikmalaya dan Bekasi. Penelitian untuk melihat faktor-faktor pendorong kekerasan berbasis agama di Jawa Barat serta efektifitas program-program pemerintah selama ini dalam mengatasi masalah ini. |
en_US |