Abstract:
Kota Bandung banyak memiliki lahan yang potensi, perkembangan
dan peningkatannya di bidang perumahan tidak selalu sama,
walaupun berada dalam satu kesinambungan jalan dan kesamaan
kedudukan geografi. Pertumbuhan yang menimbulkan perkembangan ke arah Utara kota, berawal dari potensi pencapaiannya, yaitu aksesibilitas kota yang berupa penghubung dari/ke arah gerbang Utara-Barat kota Bandung ke Lembang dan dari/ke arah Gerbang Timur kota Bandung ke Sumedang. Jl.dr.Setiabudi menumbuhkan perkembangan baru di area Setiabudi ke Lembang. Menuju ke Jl.lr.H.Juanda (Dago atas dan Dago bawah) ke terminal Cicaheum yang menumbuhkan
perkembangan baru di area Dago atas. Dari terminal Cicaheum ke
batas kotamadya Bandung, yaitu melalui Jl.Raya Ujungberung
terus ke area Cibiru-Cileunyi sampai batas kota Sumedang, yang
menumbuhkan perkembangan baru di wilayah Ujungberung dan
Cibiru. Pertumbuhan konkrit dari jalur aksesibilitas kota
diungkapkan dengan mengukur kondisi kuantitas tampilan fisik
bangunan dengan metoda exploratit tentang wadah dari sarana
fasilitas kota. Yaitu sarana fasilitas kota disepanjang jalan
dan pembangunan dibidang perumahan akibat perkembangan
potensial areanya. Metoda exploratif yang dipergunakan meliputi:
• observasi fisik terhadap kuantitas dari sarana fasilitas
yang berkorelasi dengan panjang jalan yang menentukan nilai
pemanfaatan lahannya.
• observasi pemberitaan media-massa terhadap kecenderungan
pembangunan bidang perumahan yang timbul di area tersebut.
Kesimpulan dari sistim penilaian terhadap perkembangan di jalur
aksesibilitas kota ini bermanfaat untuk mengukur potensi dari
aksesibilitas tersebut sebagai pendorong perkembangan kota.
Manfaatnya adalah:
• Menentukan nilai potensial dari area tersebut.
• Menentukan kecenderungan pembangunan bidang perumahan.