Abstract:
Kristiani ditentukan oleh jawaban Gereja terhadap realitas konteks Indonesia.
Gereja dan perutusannya bersumber dari pribadi Kristus. Pilihan Yesus untuk mengosongkan diri sebagai jalan pemenuhan keselamatan Allah dan penghadiran Kerajaan Allah merupakan sikap yang harus dipilih Gereja dalam pelaksanaan perutusan-Nya. Dengan menghayati sikap kenotis, Gereja melaksanakan perutusannya dalam dunia. Sebagaimana Yesus menghargai manusia melalui mengosongkan diri dan menjadi manusia, Gereja harus menghormati konteks dengan tidak menguasai, melainkan rela merendahkan diri dan bergumul bersama manusia; bukan dalam monolog (satu arah) tetapi dialog (timbal-balik).
Gereja dialogis menyadarkan keberadaannya dalam komunitas basis, bukan sekadar sebagai strategi pastoral, melainkan sebagai suatu "cara menggereja baru". Komunitas Basis merupakan Gereja Dialogis dalam tingkat basis. Di wilayah basis (akar-rumput) inilah, Gereja sungguh-sungguh hidup dalam, bergumul bersama, dan sekaligus menanggapi konteks. Gereja Dialogis merupakan cara baru menggereja, di mana perutusan Gereja menemukan bentuknya yang relevan dan sekaligus mampu menanggapi konteks.