Abstract:
Sebagian besar kehidupan mahasiswa dijalani di kampus, baik untuk melakukan kegiatan
perkuliahan di ruangan tertutup, maupun kegiatan yang dapat menunjang perkuliahan dan
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan-kegiatan ini umumnya dilakukan di ruang terbuka (open space)
dan di ruang luar (outdoor space) yang terlindung oleh atap serta bersifat terbuka atau semi
terbuka. Ruang-ruang ini dapat berupa simpul-simpul aktivitas yang khusus direncanakan, seperti
pada ruang di antara bangunan atau di jalur-jalur sirkulasi, seperti teras, selasar dan koridor.
Di dalam melakukan kegiatan tersebut mahasiswa membutuhkan kenyamanan termal, namun
kenyamanan termal di ruang luar umumnya tidak memadai jika digunakan untuk beraktivitas,
terutama dikarenakan kondisi kecepatan gerakan udara seringkali di luar batas nyaman.
Kenyamanan termal di ruang luar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal
berupa topografi, bangunan sekitar dan kinerja dari temperatur, kelembaban, arah dan kecepatan
gerakan udara, sedangkan faktor internal berupa elemen-elemen pembentuk ruang luar, tingkat
keterbukaan ruang, dimensi serta bentuk ruang, dan kondisi elemen-elemen penunjang lainnya
pada ruang luar tersebut.
Untuk dapat mencapai tingkat kenyamanan termal yang diinginkan, perlu dilakukan pengendalian
arah dan kecepatan gerakan udara di ruang luar melalui desain penataan tapak secara optimal.
Hal ini diwujudkan dalam desain bentuk dan tata letak bangunan dan tanaman, serta pengolahan
permukaan tanah dan elemen tapak lainnya, yang mampu mengkondisikan gerakan udara
eksternal dengan memanfaatkan perbedaan tekanan udara.
Penelitian bertujuan untuk (1) mengetahui kualitas arsitektural ruang-ruang luar kampus yang
menjadi obyek studi awal, peranannya bagi pengguna, serta pengaruh elemen-elemen pembentuk
ruang luar dalam mengendalikan pergerakan udara di ruang-ruang luar tersebut, (2) menemukan
pengaruh penataan tapak terhadap kenyamanan termal di ruang luar melalui pengukuran di
lapangan dan simulasi kondisi eksisting pada obyek studi utama, serta (3) menemukan bentuk
rekondisi desain penataan tapak melalui simulasi, yang dapat mengoptimalkan gerakan udara
untuk menunjang kenyamanan termal di ruang luar bangunan kampus.
Penelitian dilakukan dalam tiga tahapan, (1) melakukan pengamatan pada ruang-ruang luar
kampus dengan metode kualitatif – interpretatif, (2) melakukan pengukuran pada ruang luar
bangunan dengan metode kuantitatif – deskriptif, dan (3) melakukan simulasi kondisi eksisting dan
rekondisi desain penataan tapak dengan metode eksperimental menggunakan program komputer.
Berdasarkan pengamatan, keberadaan ruang luar pada kampus UNPAR sangat efektif, namun
jumlahnya belum mencukupi dan belum merata terutama pada area selatan tapak. Sedangkan
bangunan, tanaman dan pengolahan permukaan tanah umumnya dapat berperan dalam
mengendalikan pergerakan udara, kecuali pada ruang luar bangunan rektorat yang berada dalam
kondisi tidak nyaman hingga sangat tidak nyaman. Berdasarkan hasil pengukuran dan simulasi
kondisi eksisting di ruang luar bangunan rektorat, bangunan sekitar dan pepohonan pada tapak
dapat mengendalikan aliran udara yang menuju ke bangunan rektorat, sedangkan pagar terali
terbuka tanpa semak tidak efektif dalam menurunkan kecepatan gerakan udara pada tapak, dan
bentuk bangunan rektorat menyebabkan efek venturi yang dapat meningkatkan kecepatan gerakan
udara. Dari hasil rekondisi desain dengan menggunakan tanaman dapat memperbaiki kualitas
gerakan udara yang terbentuk, namun tidak cukup untuk merubah kecepatan gerakan udara.
Sebaliknya, rekondisi dengan menggunakan sirip horisontal selain dapat memperbaiki kualitas
udara yang terbentuk, juga dapat menurunkan kecepatan gerakan udara secara signifikan.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penataan tapak melalui bentuk dan tata letak bangunan
lebih berpengaruh terhadap kenyamanan termal di ruang luar bangunan daripada melalui bentuk
dan tata letak tanaman, sedangkan melalui pengolahan permukaan tanah dapat mengarahkan
aliran udara menuju ketinggian posisi duduk. Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat disarankan
untuk melakukan pengukuran temperatur radiasi dan simulasi dilakukan dengan mengambil
sampel pengukuran lebih banyak dari 400 x. Dalam perancangan ruang luar bangunan, bentuk dan
tata letak bangunan serta tanaman, dan pengolahan permukaan tanah juga harus dipertimbangkan
untuk kepentingan pengendalian gerakan udara yang berlebihan.