Manggaraian myths, rituals, and christianity: doing contextual theology in Eastern Indonesia

Show simple item record

dc.contributor.advisor Adeney-Risakotta, Bernard
dc.contributor.advisor Setio, Robert
dc.contributor.author Borgias, Fransiskus
dc.date.accessioned 2017-06-09T07:23:34Z
dc.date.available 2017-06-09T07:23:34Z
dc.date.issued 2016
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/2223
dc.description.abstract Disertasi ini berbicara tentang perjumpaan dinamis antara Agama Katolik dan kebudayaan orang Manggarai. Perjumpaan itu telah membawa efek perubahan dalam kehidupan mereka. Mereka telah beralih dari pola kehidupan tradisional menuju ke pola hidup semi-modern. Peralihan seperti itu dapat dilihat dalam model dan ukuran rumah mereka, dalam cara mereka mengolah kebun, dalam cara mereka menghasilkan dan mengenakan pakaian, dan juga dalam cara mereka melaksanakan ritual-ritual keagamaan mereka yang asli. Karena itu, disertasi ini mencoba menjawab beberapa pertanyaan berikut ini. 1). Apa saja mitos dan ritual yang paling penting yang sudah dicatat dalam tradisi tertulis dan apakah mereka masih berpengaruh dewasa ini? 2). Apakah mereka mengalami perubahan karena interaksi dengan Agama Katolik? 3). Apakah agama Katolik di Manggarai juga dipengaruhi oleh mitos dan ritual itu? 4). Bagaimana teologi membahas mengenai gejala perjumpaan kultural tersebut? Penelitian yang dilakukan dalam disertasi ini adalah penelitian kualitatif terhadap praktik hidup dan tradisi lisan orang Manggarai di Perang. Dalam rangka melaksanakan penelitian ini saya telah memakai beberapa teknik, yaitu penelitian literatur dan penelitian lapangan. Walaupun secara tradisional masyarakat Manggarai adalah masyarakat yang didirikan oleh tradisi-oral yang kuat, tetapi sejak tahun tiga puluhan, beberapa misionaris telah menuliskan beberapa warisan kultural dari orang Manggarai. Sejak itu orang Manggarai memiliki tradisi tertulis mereka sendiri. Dari catatan para misionaris awal itulah kita bisa menelusuri beberapa perubahan penting di dalam pola kehidupan tradisional orang Manggarai. Saya menemukan dua dampak antara Agama Katolik dan kebudayaan orang Manggarai. Pertama, dampak transformatif dari Agama Katolik atas pelbagai praktek lama (traditional) orang Manggarai, termasuk mitos dan ritual. Kedua, dampak transformatif dari praktek lama orang Manggarai atas kehidupan iman yang nyata dari orang Katolik Manggarai, khususnya di Perang. Dalam bagian pertama, saya menyebut beberapa kasus perubahan. Misalnya, perubahan dalam konsep mengenai pribadi manusia, ruang, dan waktu. Terkait dengan ide mengenai pribadi manusia saya berbicara tentang sistem kekerabatan, ritual perkawinan, kelahiran, dan kematian. Terkait dengan ide mengenai ruang saya berbicara tentang rumah, kampung, lahan kebun, kuburan, dan mata air. Terkait dengan ide mengenai waktu saya berbicara tentang pengalaman dan pembagian waktu dalam hari, minggu, dan bulan, kalender tradisional dibandingkan dengan kalender modem. Dulu orang Manggarai memiliki sistem kalender sendiri. Tetapi sejak kedatangan jaman modem yang dibawa para misionaris dan pemerintah, kalender tradisional itu diganti dengan kalender modem. Sejak itu orang Manggarai lupa akan nama dan fungsi sistem kalender tradisional. Di sini juga saya berbicara tentang ritual-ritual pertanian dan ruang dalam kehidupan orang Manggarai, seperti Penti. Terkait dengan bagian kedua, dampak transformatif seperti itu dapat diamati dalam perayaan Ekaristi khususnya selama perayaan besar Gereja. Dalam perayaan seperti itu orang berusaha menyelipkan beberapa elemen lokal-tradisional ke dalamnya. Ada juga perubahan serupa dalam buku nyanyian liturgis Gereja Katolik Manggarai, Dere Serani. Di sana ada banyak elemen lokal-tradisional (adat) yang dimasukkan ke dalamnya. Ada juga beberapa upaya yang sadar yang dilakukan oleh beberapa teolog (liturgis, katekis) Manggarai untuk: menulis beberapa buku doa liturgis Manggarai. Dalam buku seperti itu mereka menerima beberapa ritual tradisional dari kehidupan lama orang Manggarai. Dengan mengambil salah satu model yang dikemukakan Stephen Bevans, yaitu model antropologis, saya mengatakan bahwa sudah terjadi suatu upaya untuk membangun teologi kontekstual. Model ini adalah model yang paling tepat untuk diterapkan dalam studi ini. Model inilah yang bisa membangun jembatan antara kedua sisi yang berjumpa satu sama lain dalam perjumpaan dialektik. Dengan memakai model ini saya menyoroti eksistensi baru dari Agama Katolik yang sudah dihayati orang Manggarai di Perang dan kehidupan lama-tradisional Manggarai yang dipengaruhi Agama Katolik (Kristianitas). Akhirnya, saya mengemukakan beberapa pertimbangan terhadap wacana teologis yang dikemukakan para ahli (teolog, antropolog) untuk: menamai gejala religius dan kultural seperti itu. Beberapa orang mengajukan istilah seperti "Half and half person ", atau pun "two ways person'' , ataupun "reconciled religion ". Beberapa orang lain mengajukan istilah seperti "multiple religious belonging " ataupun "dual religious system ". Setelah memberi beberapa catatan kritis singkat atas semua istilah-istilah di atas, saya akhirnya mengemukakan pilihan istilah saya sendiri untuk menamai hal itu. Dengan mengikuti wacana studi pos-kolonial, saya lebih suka menyebutnya "hybrid identity ". Kata Kunci: mitos, ritual, Manggarai Texts, Dere Serani, agama Katolik, waktu, ruang, diri, identitas, lembaga Kristiani, misionaris, transformasi, nama-diri, perkawinan, kelahiran, kematian, hybrid-identity en_US
dc.publisher Gadjah Mada University en_US
dc.subject MANGGARAIAN MYTHS en_US
dc.title Manggaraian myths, rituals, and christianity: doing contextual theology in Eastern Indonesia en_US
dc.type Dissertations en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account