Abstract:
Disertasi ini berbicara tentang perjumpaan dinamis antara Agama Katolik dan
kebudayaan orang Manggarai. Perjumpaan itu telah membawa efek perubahan dalam
kehidupan mereka. Mereka telah beralih dari pola kehidupan tradisional menuju ke
pola hidup semi-modern. Peralihan seperti itu dapat dilihat dalam model dan ukuran
rumah mereka, dalam cara mereka mengolah kebun, dalam cara mereka
menghasilkan dan mengenakan pakaian, dan juga dalam cara mereka melaksanakan
ritual-ritual keagamaan mereka yang asli. Karena itu, disertasi ini mencoba menjawab
beberapa pertanyaan berikut ini. 1). Apa saja mitos dan ritual yang paling penting
yang sudah dicatat dalam tradisi tertulis dan apakah mereka masih berpengaruh
dewasa ini? 2). Apakah mereka mengalami perubahan karena interaksi dengan
Agama Katolik? 3). Apakah agama Katolik di Manggarai juga dipengaruhi oleh mitos
dan ritual itu? 4). Bagaimana teologi membahas mengenai gejala perjumpaan kultural
tersebut? Penelitian yang dilakukan dalam disertasi ini adalah penelitian kualitatif
terhadap praktik hidup dan tradisi lisan orang Manggarai di Perang. Dalam rangka
melaksanakan penelitian ini saya telah memakai beberapa teknik, yaitu penelitian
literatur dan penelitian lapangan.
Walaupun secara tradisional masyarakat Manggarai adalah masyarakat yang
didirikan oleh tradisi-oral yang kuat, tetapi sejak tahun tiga puluhan, beberapa
misionaris telah menuliskan beberapa warisan kultural dari orang Manggarai. Sejak
itu orang Manggarai memiliki tradisi tertulis mereka sendiri. Dari catatan para
misionaris awal itulah kita bisa menelusuri beberapa perubahan penting di dalam pola
kehidupan tradisional orang Manggarai.
Saya menemukan dua dampak antara Agama Katolik dan kebudayaan orang
Manggarai. Pertama, dampak transformatif dari Agama Katolik atas pelbagai praktek
lama (traditional) orang Manggarai, termasuk mitos dan ritual. Kedua, dampak
transformatif dari praktek lama orang Manggarai atas kehidupan iman yang nyata dari
orang Katolik Manggarai, khususnya di Perang.
Dalam bagian pertama, saya menyebut beberapa kasus perubahan. Misalnya,
perubahan dalam konsep mengenai pribadi manusia, ruang, dan waktu. Terkait
dengan ide mengenai pribadi manusia saya berbicara tentang sistem kekerabatan,
ritual perkawinan, kelahiran, dan kematian. Terkait dengan ide mengenai ruang saya
berbicara tentang rumah, kampung, lahan kebun, kuburan, dan mata air. Terkait
dengan ide mengenai waktu saya berbicara tentang pengalaman dan pembagian
waktu dalam hari, minggu, dan bulan, kalender tradisional dibandingkan dengan
kalender modem. Dulu orang Manggarai memiliki sistem kalender sendiri. Tetapi
sejak kedatangan jaman modem yang dibawa para misionaris dan pemerintah,
kalender tradisional itu diganti dengan kalender modem. Sejak itu orang Manggarai
lupa akan nama dan fungsi sistem kalender tradisional. Di sini juga saya berbicara
tentang ritual-ritual pertanian dan ruang dalam kehidupan orang Manggarai, seperti
Penti.
Terkait dengan bagian kedua, dampak transformatif seperti itu dapat diamati
dalam perayaan Ekaristi khususnya selama perayaan besar Gereja. Dalam perayaan
seperti itu orang berusaha menyelipkan beberapa elemen lokal-tradisional ke
dalamnya. Ada juga perubahan serupa dalam buku nyanyian liturgis Gereja Katolik
Manggarai, Dere Serani. Di sana ada banyak elemen lokal-tradisional (adat) yang
dimasukkan ke dalamnya. Ada juga beberapa upaya yang sadar yang dilakukan oleh
beberapa teolog (liturgis, katekis) Manggarai untuk: menulis beberapa buku doa
liturgis Manggarai. Dalam buku seperti itu mereka menerima beberapa ritual
tradisional dari kehidupan lama orang Manggarai.
Dengan mengambil salah satu model yang dikemukakan Stephen Bevans,
yaitu model antropologis, saya mengatakan bahwa sudah terjadi suatu upaya untuk
membangun teologi kontekstual. Model ini adalah model yang paling tepat untuk
diterapkan dalam studi ini. Model inilah yang bisa membangun jembatan antara
kedua sisi yang berjumpa satu sama lain dalam perjumpaan dialektik. Dengan
memakai model ini saya menyoroti eksistensi baru dari Agama Katolik yang sudah
dihayati orang Manggarai di Perang dan kehidupan lama-tradisional Manggarai yang
dipengaruhi Agama Katolik (Kristianitas).
Akhirnya, saya mengemukakan beberapa pertimbangan terhadap wacana
teologis yang dikemukakan para ahli (teolog, antropolog) untuk: menamai gejala
religius dan kultural seperti itu. Beberapa orang mengajukan istilah seperti "Half and
half person ", atau pun "two ways person'' , ataupun "reconciled religion ". Beberapa
orang lain mengajukan istilah seperti "multiple religious belonging " ataupun "dual
religious system ". Setelah memberi beberapa catatan kritis singkat atas semua istilah-istilah
di atas, saya akhirnya mengemukakan pilihan istilah saya sendiri untuk
menamai hal itu. Dengan mengikuti wacana studi pos-kolonial, saya lebih suka
menyebutnya "hybrid identity ".
Kata Kunci: mitos, ritual, Manggarai Texts, Dere Serani, agama Katolik, waktu,
ruang, diri, identitas, lembaga Kristiani, misionaris, transformasi, nama-diri,
perkawinan, kelahiran, kematian, hybrid-identity