Abstract:
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengukur bagaimanakah
dampak krisis moneter pada periode 1997 - 2001, terhadap indikator keuangan perusahaan tekstil di Kota dan Kabupaten Bandung. Keadaan keuangan perusahaan yang menghitung dampak inflasi, terdapat pada laporan keuangan berdasarkan akuntansi inflasi, sedangkan laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan didasarkan pada data historis. Kemampuan perusahaan dalam membayar hutang sebagai indikator keuangan diukur dengan rasio yang menggambarkan hal tersebut. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak pemberi kredit serta bagi pihak-pihak lain untuk pengambilan keputusan ekonomi yang relevan. Data yang digunakan dikumpulkan melalui metode survei, dan diolah melalui 3 tahap, yang pertama seluruh data historis yang diperoleh dari perusahaan tekstil di Bandung dikonversi menggunakan Indeks harga umum (IHU) yang relevan menjadi data akuntansi inflasi. Tahap ke dua, pembentukan model yang dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam membayar hutang. Validasi model yang terbentuk dilukukan terhadap data lain. Tahap ke tiga, hasil penelitian ini dibandingkan dengan keputusan pemberian kredit berdasarkan data historis dan data akuntansi inflasi oleh pihak pemberi kredit. Hasil penelitian menunjukkan terbentuk 8 model yang dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam membayar hutang berdasarkan
diskriminan analisis maupun berdasarkan regresi logistik. Model regresi logistik berdasarkan data inflasi lebih akurat dibandingkan model diskriminan analisis baik data inflasi maupun data historis, karena kesesuaian dengan kenyataan yang sebenarnya sebesar 95,4%.
Dihasilkannya model yang berbeda berdasarkan akuntansi biaya historis
dibandingkan akuntansi inflasi di mana ke dua-duanya signifikan secara statistik, menyiratkan bahwa adanya inftasi selama periode krisis mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan sehingga menghasilkan informasi keuangan yang berbeda lebih lanjut hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Model prediksi berdasarkan statistik (regresi logistik) lebih akurat dibandingkan prediksi manusia; 2) tidak terdapat kaitan antara kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dengan keputusan pemberian kredit oleh pihak pemberi kredit, seperti terlihat pada angka asymp.sig. statistik chi-square; 3) tidak terdapat perbedaan keputusan pemberian kredit berdasarkan data historis maupun berdasarkan data akuntansi
inflasi. Hal ini berarti bahwa akuntansi biaya historis masih relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi mengenai kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya.