Abstract:
Patriarki adalah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dalam struktur keluarga dan masyarakat, seringkali dengan mengorbankan hak-hak perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana budaya patriarki, khususnya praktik mahar dalam masyarakat Suku Nias, memengaruhi perekonomian keluarga baru dan posisi perempuan dalam struktur sosial. Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini mengidentifikasi bahwa maharyang tinggi dalam tradisi Suku Nias tidak hanya menciptakan kesenjangan ekonomi tetapi juga memperkuat posisi perempuan sebagai objek transaksi sosial dalam masyarakat patriarkal. Berdasarkan teori feminis marxis sosialis yang dikembangkan oleh Rosemarie Tong, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa sistem patriarki menyebabkan perempuan Nias mengalami situasi "double minority," di mana mereka menghadapi penindasan ganda sebagai perempuan dalam masyarakat patriarkis dan sebagai anggota komunitas yang lebih luas yang terpinggirkan. Dari perspektif marxis sosialis, sistem patriarki tidak hanya menindas perempuan secara individu tetapi juga berfungsi untuk mempertahankan struktur ekonomi yang eksploitatif. Mahar yang tinggi dan beban finansial dari persembahan adat, seperti babi, uang, dan emas, memperburuk ketidaksetaraan ekonomi dan sosial, membebani perempuan secara tidak proporsional. Sistem ini memperkuat ketergantungan perempuan pada laki-laki dan memperkokoh posisi dominasi laki-laki dalam struktur sosial serta ekonomi. Dengan demikian, penindasan gender dalam konteks Suku Nias menggambarkan bagaimana patriarki dapat berfungsi sebagai alat untuk memperbesar kesenjangan kelas dan ketidakadilan sosial. Hal ini sejalan dengan pandangan marxis yang melihat patriarki sebagai bagian integral dari struktur kelas kapitalis yang lebih luas, di mana eksploitasi gender dan kelas saling terkait.