Abstract:
Pengkajian musik kolonial dapat menjadi sebuah lensa bagi kita di masa kini untuk melihat relasi antarbudaya di masa lalu. Paul Johan Seelig adalah salah satu komponis Hindia Belanda yang memiliki ketertarikan dan mengalami kontak yang cukup dekat dengan musik dari berbagai budaya yang berbeda, termasuk musik klasik Barat dan musik-musik yang ada di Nusantara. Movement pertama Konserto Piano di F-Kres Minor oleh Paul Seelig merupakan salah satu karya yang lahir dari relasi antarbudaya yang kompleks tersebut. Menurut Édouard Glissant, identitas tidak hanya dapat terbentuk dari filiasi yang kaku seperti akar, namun juga dari relasi dengan yang lain seperti rimpang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana identitas rimpang menurut Édouard Glissant dalam movement pertama Konserto Piano di F-Kres Minor karya Paul Seelig dalam hubungan dengan dunia musik klasik Barat dan dunia musik Hindia Belanda pada tahun 1910- 1930-an. Penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutika Paul Ricoeur yang paralel dengan metode kritik seni, dengan menganalisis melalui kajian akan latar belakang suatu karya, struktur karya itu sendiri, dan mengaitkan serta menempatkannya dalm wacana yang lebih luas (apropriasi). Movement pertama Konserto Piano di F-Kres Minor adalah salah satu karya yang tidak sepenuhnya dapat dikategorikan dalam bifiditas ‘pemikiran akar’ dan ‘pemikiran rimpang’. Paul Seelig membiarkan identitasnya diperpanjang dengan relasi dengan musik Sunda dan musik Jawa. Walaupun masih memiliki akar yang kuat pada musik klasik Barat, karya ini juga bersifat rimpang karena memiliki dan mempertahankan suatu bentuk akar pada musik Sunda.