dc.description.abstract |
Fenomena krisis makna hidup tengah melanda sebagian generasi milenial di Indonesia. Krisis ini ditandai dengan maraknya permasalahan sosial seperti kecemasan akan masa depan, nihilisme, hedonisme, hingga bunuh diri atau masalah kesehatan mental. Pemikiran para filsuf eksistensial, seperti Jean-Paul Sartre, yang menekankan radikalitas kebebasan individu dalam menentukan makna hidup, dinilai relevan untuk mengatasi persoalan tersebut. Pemikiran Jean- Paul Sartre tentang kebebasan manusia dan tanggung jawab yang melekat padanya dapat menanggapi krisis makna hidup yang dialami oleh generasi milenial saat ini. Sartre berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan mutlak untuk menentukan esensi dan makna hidupnya sendiri. Artinya, tidak ada takdir atau kodrat bawaan yang menentukan siapa atau bagaimana seseorang harus menjadi; segalanya tergantung pada pilihan individu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis relevansi pemikiran eksistensialisme Jean-Paul Sartre terhadap problematika krisis makna hidup yang dialami generasi milenial di Indonesia saat ini. Melalui studi pustaka, penelitian kualitatif ini mengkaji konsep-konsep sentral Jean-Paul Sartre, seperti eksistensi mendahului esensi, kebebasan individu, serta tanggung jawab memilih nilai dan tujuan hidup. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemikiran Sartre masih sangat relevan untuk memberikan jawaban filosofis terhadap krisis makna hidup generasi milenial, seperti stress dan kecemasan, depresi dan bunuh diri, kecanduan terhadap teknologi dan media sosial yang kemudian membuat generasi milenial kehilangan akan otentisitas dirinya, nihilisme, hedonisme. |
en_US |