dc.description.abstract |
Teologi Pembebasan merupakan salah satu gerakan yang muncul tahun 1960-an di Amerika Latin sebagai suatu usaha dalam memperjuangkan kebebasan bagi masyarakat miskin dan tertindas. Teologi Pembebasan muncul dengan tokoh utama yakni Gustavo Gutierrez. Pengalaman pastoral di daerah pinggiran Rimac Peru menjadi titik tolak utama dalam refleksi selanjutnya bagi Gutierrez bahwasannya pembacaan Kitab Suci harus sampai pada praksis. Beberapa inspirasi utama dari Gutierrez adalah perjuangan para nabi dalam pembebasan umat Allah, dan memuncak pada penderitaan Yesus. Refleksi ini, menjadi motivasi utama Gutierrez dalam mengembangkan gerakan Teologi Pembebasan, dalam kajian untuk melihat situasi dan realitas yang terjadi di Amerika Latin. Adapun pendasaran yang digunakan dalam gerakan Teologi Pembebasan adalah Marxis. Hal ini, yang memicu berbagai tanggapan dari pihak Gereja. Ada tanggapan yang bersifat positif, terutama dari pihak-pihak yang mendukung, tetapi sekaligus ada berbagai tanggapan yang mengkhawatirkan Teologi Pembebasan. Dengan menggunakan pendasaran Marxis, Teologi Pembebasan dicurigai sebagai salah satu gerakan yang merupakan bagian dari Marxisme dan bahkan melegalkan kekerasan dalam mencapai kebebasan. Meskipun mendapat berbagai kritikan, harus diakui bahwa usaha Gutierrez dalam Teologi Pembebasan, yang meskipun menggunakan analisis Marxis tentunya memiliki tujuan yang sangat berbeda. Artinya bahwa usaha gerakan Teologi Pembebasan tidak hanya melihat dunia sekarang, tetapi juga berfokus pada dunia akhirat; dan juga mempunyai dasar yang kuat yakni Kitab Suci. Bahwasannya, meskipun menggunakan analisis Marxis, tetapi dalam analisis selanjutnya Gutierrez berusaha untuk melihat kembali dalam terang Kitab Suci. Refleksi inilah, yang kemudian menjadi pegangan dalam melihat realitas yang terjadi, dan bagaimana Gereja harus masuk lebih dalam dan menjadi nabi yang membebaskan manusia dari belenggu kemiskinan dan perbudakan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat persoalan-persoalan yang terjadi di Indonesia dalam terang Teologi Pembebasan, dan berusaha untuk melihat posisi Gereja dalam Teologi Pembebasan terutama dalam konteks Indonesia. Artinya bahwa penelitian ini barusaha untuk melihat peran Gereja dalam semangat Teologi Pembebasan untuk ikut serta dalam mengusahakan kehidupan bersama sebagai suatu bangsa yang harmonis. Tentunya bahwa, situasi Indonesia sangat berbeda dengan situasi yang terjadi di Amerika Latin. Dengan demikian, usahausaha yang dilakukan Gereja juga akan berbeda. Sebagai tanda dan sakramen yang menghadrikan kehadiran Allah, Gereja mesti sungguh-sungguh mampu menghadirkan Allah dalam kontesk Indonesia yang plural. |
en_US |