dc.description.abstract |
Sejak peristiwa penciptaan hingga saat ini, Gereja Katolik mengimani bahwa Allah senantiasa mengomunikasikan dan menyatakan diri-Nya kepada dunia dan manusia. Dalam mengomunikasikan diri-Nya, Allah menggunakan media yang dapat ditangkap oleh manusia. Puncak dari pernyataan diri Allah tersebut ada dalam Misteri Inkarnasi Yesus Kristus, di mana Allah menjadi manusia, bukan hanya dalam rupa dan wujud, tapi sungguh melebur dalam situasi dan konteks hidup manusia. Kristianitas awal berkembang di Eropa dan sekitar Laut Mediterania dan dengan menggunakan prinsip inkarnasi, Kristianitas menyesuaikan diri dan melebur dalam konteks dan kultur saat itu yaitu Yahudi-Yunani-Romawi. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya Kristianitas di Eropa, kultur dan alam pikir Barat menjadi hal yang dipandang inheren dan mengkristal dalam Kristianitas. Hal inilah yang lantas menjadi masalah tatkala Kristianitas yang sedemikian “Barat” mesti berhadapan dengan kultur dan alam pikir lain yang berbeda, khususnya ketika berhadapan dengan dunia “Timur” atau konteks Asia. Dalam situasi macam ini, Kristianitas, khususnya Gereja Katolik, dipanggil untuk kembali pada Misteri Inkarnasi Yesus Kristus sebagai prinsip dasar dalam berteologi, juga bagi evangelisasi dan misi Gereja untuk mewartakan Kerajaan Allah. Salah satu seruan ini datang dari dokumen Ecclesia in Asia yang ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II yang mengingatkan kembali akan Misteri Inkarnasi Yesus Kristus dalam kaitannya dengan konteks panggilan Gereja di Asia dengan segala realita, kondisi, serta tantangan yang dihadapi. Dengan menggali kembali inspirasi Misteri Inkarnasi Yesus Kristus sebagai prinsip dasar berteologi menurut dokumen Ecclesia in Asia¸ diharapkan dapat menyegarkan kembali teologi dan misi Gereja, khususnya di Asia, sehingga pewartaan mengenai Kerajaan Allah dan iman umat yang menerima pewartaan tersebut dapat sungguh tumbuh subur, mengakar, mekar, dan berbuah dalam karya, pelayanan, dan kesaksian di tengah dunia. |
en_US |