dc.contributor.advisor |
Viktorahadi, R. Fransiskus Bhanu |
|
dc.contributor.author |
Patiran, Ahitofel Jevon Ambi |
|
dc.date.accessioned |
2024-12-05T09:19:54Z |
|
dc.date.available |
2024-12-05T09:19:54Z |
|
dc.date.issued |
2024 |
|
dc.identifier.other |
skp46433 |
|
dc.identifier.uri |
http://hdl.handle.net/123456789/19608 |
|
dc.description |
727 - FF |
en_US |
dc.description.abstract |
Sejarah pertama-tama bukan sebuah latar waktu. Sejarah merupakan rekonstruksi faktual dari sebuah peristiwa yang terjadi di masa lalu. Sebuah peristiwa terbentuk pertamatama bukan karena waktu tetapi karena ada interaksi antara satu individu dengan individu lainnya. Interaksi antar individu tersebut terjadi dalam suatu latar waktu tertentu. Interaksi antar individu tersebut akhirnya menciptakan suatu tindakan dan tindakan itu juga akan mendapat tanggapan dari individu lainnya. Berbagai tanggapan dan interaksi antar individu tersebutlah yang akhirnya membentuk suatu peristiwa. Karena sejarah berasal dari tindakan dan interaksi manusia, maka pertama-tama penelitian yang ditujukan untuk mengetahui tindakan manusia yang saling berinteraksi. Bagi Leopold Von Ranke suatu peristiwa sejarah perlu berasal dari sumber yang otentik dan bersifat objektif. Objektif dalam hal ini berarti tidak berpihak pada salah satu pihak atau membuat interpretasi berlebihan akan suatu peristiwa. Ia mengatakan soal bagaimana menanggalkan segala bentuk parafrase yang disusun oleh pihak tertentu di masa lampau dan menyusun ulang kejadian sesungguhnya secara objektif tanpa adanya bias. Dengan demikian sejarah bisa ditelaah secara netral dan peneliti pun bisa melihat sejarah secara lebih akurat. Keberadaan Kerajaan Israel yang dikisahkan dalam Kitab Suci bukan sebuah fiksi. tercatat dalam beberapa penemuan arkeologi bahwa Kerajaan Israel pada masanya melakukan banyak interaksi dengan berbagai bangsa di sekitarnya. Adanya Interaksi dalam ranah politik dan sosio-kultural tidak selalu memunculkan interaksi yang positif tetapi juga interaksi yang sifatnya destruktif. Kitab Suci melihat semua peristiwa tersebut dalam bias-bias teologis sehingga interaksi politik dan sosio-kultural Kerajaan Israel tidak objektif dan sulit ditelaah unsur historisnya. Dalam situasi ini tentu refleksi teologis dalam kitab suci perlu dipisahkan jika hendak melihat Kerajaan Israel dari unsur historisnya. Memisahkan refleksi teologis akan membuat bias-bias teologis terlepas dari peristiwa sejarah yang hanya berasal dari interaksi manusia. Dengan demikian data historis yang lebih objektif mengenai kerajaan Israel dan tujuan dari tokoh-tokoh yang berperan aktif di dalamnya dapat menghasilkan data historis yang akurat. |
en_US |
dc.language.iso |
Indonesia |
en_US |
dc.publisher |
Program Studi Filsafat Fakultas Filsafat - UNPAR |
en_US |
dc.subject |
POLITIK |
en_US |
dc.subject |
WAKTU |
en_US |
dc.subject |
BIAS |
en_US |
dc.subject |
INTERAKSI MANUSIA |
en_US |
dc.subject |
PERISTIWA |
en_US |
dc.subject |
OBJEKTIF |
en_US |
dc.subject |
SOSIO-KULTURAL |
en_US |
dc.title |
Bias-bias penulisan kitab serta analisis historis Kerajaan Israel pasca pemerintahan Raja Salomo hingga pembuangan babel dalam Kitab 1-2 Raja-Raja dan 1-2 Tawarikh dalam perspektif Leopold Von Ranke |
en_US |
dc.type |
Undergraduate Theses |
en_US |
dc.identifier.nim/npm |
NPM6122001033 |
|
dc.identifier.nidn/nidk |
NIDN0404107201 |
|
dc.identifier.kodeprodi |
KODEPRODI612#Ilmu Filsafat |
|