Abstract:
Wacana mengenai cara berteologi dalam konteks agama zaman sekarang merupakan sesuatu yang tidak habis untuk dikaji dan dicermati. Pasalnya sejak awal peradabannya, agama selalu memiliki cara yang unik dalam berteologi. Para teolog berupaya dengan berbagai macam cara untuk mendaratkan ajaran agama yang mereka wartakan. Namun hingga saat ini ajaran yang diwartakan oleh para teolog itu masih menjadi bahan perbincangan dalam hidup umat beriman. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh pluralitas yang ada dalam hidup umat beriman. Pluralitas budaya, tradisi, dan bahasa mempengaruhi cara hidup umat beriman. Bahkan pluralitas tersebut turut mengambil bagian terhadap cara seseorang melihat dan menilai sesuatu. Choan-Seng Song seorang teolog Asia melihat bahwa agar teologi sungguh-sungguh mendarah daging dalam kehidupan manusia, yang perlu diperhatikan adalah kepekaan dalam melihat, memperhatikan situasi sosial di mana teologi itu diwartakan. Dalam konteks Asia yang sangat terkenal akan pluralitas religiusnya, harus berteologi dengan konteks Asia, menggunakan cara Asia. Song menawarkan salah satu teologi yang cukup ampuh untuk digunakan di Asia. Adapun teologi yang ditawarkannya adalah teologi transposisional. Song menyadari bahwa perkembangan Teologi Kristiani ditransposisikan dari Asia (Palestina) ke dunia Yunani-Romawi, lalu ke bagian-bagian lain benua Eropa dan berujung di dunia barat. Bahkan teologi itu sudah berkembang di barat. Teologi yang berkembang di dunia barat itu tidak bisa ditempelkan begitu saja di Asia. Tetapi harus harus ditransposisikan ke Asia dengan konteks Asia.