Abstract:
Tulisan ini membahas tema tentang Paradoks Salib Berdasarkan Surat Pertama Rasul Paulus Kepada Jemaat di Korintus 1:18-31. Dalam perikop ini, Paulus mengungkapkan bagaimana pewartaan tentang salib dianggap sebagai suatu kebodohan oleh orang Yahudi dan batu sandungan bagi orang Yunani. Namun Paulus menegaskan bahwa apa yang dianggap lemah dan bodoh oleh dunia justru menjadi sarana Allah untuk menyatakan kuasa-Nya. Allah memilih yang bodoh dan lemah di mata dunia untuk mempermalukan yang kuat dan bijak, sehingga tidak ada yang dapat memegahkan diri. Melalui kajian terhadap teks ini, kita dapat melihat dan menganalisis implikasi teologis dari paradoks salib terhadap iman Kristiani dalam konteks pewartaan Paulus kepada jemaat di Korintus dan juga saat ini, serta meredefinisi konsep mengenai kekuatan dan kebijaksanaan dalam terang Injil. Lebih lanjut, tulisan ini juga mempertimbangkan relevansi pesan Paulus bagi Gereja kontemporer, terutama dalam menghadapi tantangan budaya yang mengedepankan kekuatan dan kebijaksanaan manusiawi. Dalam mengkaji tulisan ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan cara kerja studi kepustakaan. Untuk itu penulis melakukan penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan dan membaca sejumlah literatur maupun sumber data yang berkaitan dengan tema yang diangkat dalam tulisan ini, baik dari buku, jurnal, artikel, laporan dan dokumen lainnya. Selain itu, penulis juga menggunakan metode analisis-deskriptif, yakni mencoba untuk menganalisis pemikiran ataupun penilaian dari tokoh terhadap fenomena yang ada. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih mendalam tentang teologi Paulus terutama dalam memahami teks 1 Korintus 1:18-13, dan memberikan insight serta wawasan yang baru tentang bagaimana paradoks salib dapat diterapkan dalam konteks pelayanan dan kesaksian iman Kristiani di masa kini. Oleh karena itu, tema tentang paradoks salib sangat relevan bagi umat Kristiani terutama dalam memaknai salib dari perspektif yang berbeda, yakni iman, serta menantang orang yang percaya untuk merangkul kelemahan sebagai sarana mengalami kuasa Allah.