dc.description.abstract |
Beton merupakan jenis material yang paling umum digunakan dalam bidang konstruksi. Beton
terbentuk dari campuran agregat kasar, agregat halus, semen, air, dan tambahan zat aditif jika
diperlukan. Letak geografis Indonesia yang berada di kawasan cincin api menyebabkan sering
terjadinya erupsi gunung berapi. Letusan gunung berapi menghasilkan batu apung yaitu batuan
vulkanik yang terbentuk dari proses pendinginan magma dengan cepat. Pemanfaatan limbah
vulkanik yaitu batu apung sebagai agregat kasar berpotensi mendukung pembangunan berkelanjutan
dan ramah lingkungan. Beton self compacting merupakan beton yang sangat cair sehingga mampu
mengalir dan mengisi ruang kosong tanpa adanya pemadatan mekanis. Pada penelitian ini, dilakukan
kajian mengenai pengaruh variasi ukuran agregat kasar batu apung terhadap kekuatan beton self
compacting. Terdapat 3 variasi ukuran agregat kasar batu apung, yaitu: variasi 1 berukuran
maksimal 19 mm hingga 12,7 mm, variasi 2 berukuran maksimal 12,7 mm hingga 9,5 mm, dan
variasi 3 berukuran maksimal 9,5 mm hingga 4,75 mm. Pengujian yang dilakukan terdiri dari uji
kekuatan tekan, uji kekuatan tarik belah, dan uji kekuatan geser. Dari pengujian ini diperoleh
kekuatan tekan pada umur 28 hari sebesar 16,216 MPa; 16,079 MPa; dan 10,681 MPa untuk variasi
1, variasi 2 dan variasi 3 secara berurutan. Untuk kekuatan tarik belah pada umur 28 hari sebesar
1,874 MPa; 1,740 MPa; dan 1,585 MPa untuk variasi 1, variasi 2 dan variasi 3 secara berurutan.
Untuk kekuatan geser pada umur 28 hari sebesar 2,942 MPa; 2,557 MPa; dan 2,916 MPa untuk
variasi 1, variasi 2 dan variasi 3 secara berurutan. Berat jenis sebesar 1,775 g/cm3; 1,721 g/cm3; dan
1,843 g/cm3 untuk variasi 1, variasi 2 dan variasi 3 secara berurutan. |
en_US |