Abstract:
Akibat pertemuan 3 lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik, dan lempeng Eurasia serta terletak pada rangkaian ring of fire (cincin api) mengakibatkan Indonesia sering mengalami bencana alam khususnya bencana gempa bumi. Akibat adanya bencana gempa bumi, korban jiwa di Indonesia terus meningkat. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesiapsiagaan bencana. Perlu adanya pembelajaraan seputar kesiapsiagaan sejak dini atau pada bangku sekolah dasar. Pemerintah telah mengeluarkan peraturan terkait pembelajaran
kesiapsiagaan di setiap sekolah hanya saja belum ada peraturan resmi yang membahas mengenai kesiapsiagaan pada sekolah inklusi. Oleh sebab itu, banyak sekolah inklusi yang belum mengetahui apakah sekolah mereka memiliki tingkat kesiapsiagaan yang tinggi atau rendah serta masih banyak penyandang difabilitas yang belum mengetahui pentingnya kesiapsiagaan bencana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan instrument penilaian kesiapsiagaan sekolah, melakukan
penilaian pada sekolah inklusi di Kota Bandung, serta memberikan rekomendasi perbaikan untuk sekolah yang bersangkutan. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan studi literatur peraturan, buku, maupun jurnal kesiapsiagaan bencana untuk mengembangkan parameter penilaian kesiapsiagaan bencana. Setelah itu dilakukan validasi untuk pembobotan dan skoring. Pembobotan dan skoring menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Parameter yang baru akan
dijadikan acuan penilaian sekolah inklusi. Dari hasil penelitian terhadap dua sekolah yaitu sekolah SD swasta inklusi dan sekolah SD negeri inklusi didapatkan bahwa sekolah swasta memiliki tingkat kesiapsiagaan sedang yaitu 60,03% sedangkan negeri memiliki tingkat kesiapsiagaan rendah yaitu 49,75%. Sehingga dapat disimpulkan kedua sekolah belum memiliki tingkat kesiapsiagaan yang tinggi sehingga memerlukan rekomendasi untuk meningkatkan tingkat kesiapsiagaan mereka.