Abstract:
Salah satu komponen yang sangat penting dalam merencanakan fondasi tiang bor adalah daya dukungnya. Saat ini, telah terdapat berbagai metode empiris yang dapat digunakan dalam perhitungan daya dukung ultimit fondasi tiang bor. Namun, setiap metode empiris dapat menghasilkan nilai daya dukung ultimit yang bervariasi. Oleh karena itu, perlu untuk dicari tingkat akurasi dari setiap metode empiris dalam perhitungan daya dukung ultimit fondasi tiang bor terhadap kondisi aktual di lapangan yang direpresentasikan oleh hasil interpretasi uji pembebanan tiang di lapangan. Dalam kajian ini, digunakan 3 (tiga) metode empiris dalam perhitungan daya dukung ultimit fondasi tiang bor, yakni Reese & Wright (1977), Kulhawy (1991), dan Fellenius (2006). Pada kajian ini, diperoleh bahwa metode Reese & Wright (1977) merupakan metode empiris dengan tingkat akurasi yang bersifat paling mendekati kondisi aktual di lapangan, kemudian metode Kulhawy (1991) merupakan metode empiris dengan tingkat akurasi cenderung lebih konservatif terhadap kondisi aktual di lapangan. Lalu, metode Fellenius (2006) merupakan metode empiris dengan tingkat akurasi yang cenderung bersifat lebih over-estimate terhadap kondisi aktual di lapangan pada kasus dimana ujung fondasi tiang berada pada tanah non-kohesif, namun metode Fellenius (2006) juga memiliki tingkat akurasi yang cenderung bersifat lebih konservatif pada kasus dimana ujung fondasi tiang berada pada tanah kohesif. Dalam kajian ini juga ditemukan bahwa metode Van Weele (1957) dalam interpretasi proporsi daya dukung ujung dan daya dukung selimut fondasi tiang bor berdasarkan uji pembebanan tiang di lapangan belum tentu dapat berlaku dan cocok untuk digunakan dalam semua kondisi.