Abstract:
Di tengah era gencarnya pembangunan nasional yang telah direncanakan oleh pemerintah ini pelaku usaha yang membuat laporan keberlanjutan pun semakin bertambah. Namun bagi pelaku usaha seperti UMKM yang tidak ada peraturan apapun yang mewajibkannya untuk membuat laporan keberlanjutan sehingga pembuatan laporan masih bersifat sukarela. Di sisi lain besarnya jumlah UMKM dan pengaruh yang dibawa oleh UMKM di Indonesia tidak dapat dipandang dengan sebelah mata saja sehingga akan lebih baik jika UMKM dapat membuat laporan keberlanjutan karena dibalik hambatan bagi UMKM untuk membuat laporan keberlanjutan akan ada berbagai manfaat yang dapat diperoleh UMKM. Adapun manfaat yang bisa diperoleh seperti meningkatkan reputasi usaha, meningkatkan keunggulan kompetitif usaha dengan menunjukkan bahwa perusahaan memiliki keunggulan lebih karena menggunakan pendekatan keberlanjutan dalam kinerja usahanya di tengah era gencar akan keberlanjutan ini, menarik investor untuk berinvestasi pada usaha mereka, serta berbagai manfaat lainnya (Global Reporting Initiative, 2016). Penyusunan laporan keberlanjutan pada UMKM ini disusun dengan mengutamakan penggunaan indikator yang direkomendasikan untuk pengungkapan laporan keberlanjutan UMKM. Indikator yang direkomendasikan sebanyak 25 indikator yang terdiri dari 12 indikator informasi umum, satu indikator ekonomi, enam indikator lingkungan dan enam indikator sosial (Permatasari, P., & Kosasih, E., 2022). Penelitian ini menggunakan metode analitis deskriptif yang dilakukan dengan cara menganalisis kegiatan operasional yang dilakukan oleh UMKM. Data primer berupa hasil wawancara dengan pemilik UMKM. Data sekunder yang digunakan didapat dari berbagai sumber seperti jurnal-jurnal terkait. Adapun unit penelitian ini menggunakan dua UMKM yaitu Tjiptowarno Batik yang terletak di Yogyakarta dan bergerak pada industri textile and apparel juga Mumubutikue yang terletak di Medan dan bergerak pada industri food & beverages. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan dari indikator yang direkomendasikan, Tjiptowarno Batik dan Mumubutikue telah dapat mengungkapkan dengan cukup lengkap. Dari 25 indikator, kedua UMKM dapat mengungkapkan 22 indikator yang terdiri dari 12 indikator umum, satu indikator ekonomi, tiga indikator lingkungan dan enam indikator sosial dimana kedua UMKM tidak dapat mengungkapkan tiga indikator lingkungan saja. Indikator yang dimaksud seperti indikator EN1 Berat atau Volume material yang digunakan, EN2 Konsumsi Energi Organisasi, dan EN5 Daur Ulang dan Penggunaan Kembali Air. Hal ini disebabkan ketiga indikator tersebut membutuhkan data berupa berat/volume ataupun satuan joule dimana data perhitungan relatif lebih sulit untuk didapatkan dan kedua UMKM tidak memiliki perhitungan yang diperlukannya ataupun karena memang UMKM sendiri tidak melakukan kegiatan indikator tersebut sehingga data yang diperlukan pun tidak ada. Dapat disimpulkan juga dari banyaknya indikator yang dapat diungkapkan tersebut bahwa data yang diperlukan untuk indikator yang disarankan untuk diungkapkan ini relatif lebih mudah didapatkan oleh UMKM. Apabila ada indikator yang sulit atau tidak bisa diungkapkan karena adanya keterbatasan kegiatan yang dilakukan oleh UMKM ataupun skala usaha yang masih terlalu kecil, UMKM tidak perlu mengkhawatirkannya dan dapat mengungkapkan saja kegiatan berkaitan dengan bisnis UMKM yang di jalankan dan telah sesuai dengan indikator karena pengungkapan indikator haruslah sesuai dengan kegiatan nyata yang dilakukan oleh UMKM.