Abstract:
Cybersickness merupakan gejala yang disebabkan oleh ketidakcocokkan antara saraf sensorik dengan saraf perseptual yang mengakibatkan mual, pusing, pandangan kabur, serta tubuh yang kehilangan keseimbangan. Faktor penyebab munculnya cybersickness adalah exposure time penggunaan VR serta postur tubuh pengguna VR. Namun, hingga saat ini masih terdapat perbedaan hasil penelitian mengenai pengaruh exposure time dan postur tubuh terhadap cybersickness ini. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh exposure time dan postur tubuh terhadap cybersickness dalam aktivitas bermain virtual reality serta memberikan usulan rekomendasi yang tepat untuk mengurangi gejala cybersickness. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur Galvanic Skin Response sebagai indikator pengukuran objektif serta kuesioner Simulator Sickness Questionaire (SSQ) sebagai indikator pengukuran subjektif. Sebanyak 48 partisipan diberikan tugas untuk memainkan aktivitas olahraga parkour dalam permainan Stride pada VR dengan postur duduk atau berdiri serta dengan exposure time yang berbeda-beda, yakni 10 menit, 20 menit, atau selama 30 menit. Pengujian pengaruh dilakukan dengan uji ANOVA dan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui pengaruh dari exposure time dan postur tubuh. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa exposure time berpengaruh terhadap cybersickness jika diukur dengan SSQ dengan pengaruh maksimal terdapat pada exposure time 20 menit yang memiliki nilai rata-rata SSQ sebesar 109,863. (p-value = 0,046 < 0,05). Postur tubuh juga berpengaruh terhadap cybersickness jika diukur dengan indikator konduktansi kulit (p-value = 0,002 < 0,05). Postur berdiri memiliki rata-rata GSR yang lebih tinggi dibandingkan postur duduk di mana rata-rata GSR pada postur berdiri adalah 13,082 μS. Usulan rekomendasi yang dapat diberikan yaitu durasi permainan tidak lebih dari 20 menit jika pengguna memainkan konten VR yang membutuhkan banyak pergerakan tubuh dikarenakan cybersickness mencapai tingkat tertinggi dan juga memiliki rata-rata SSQ tertinggi. Selain itu, pengguna juga diusulkan untuk mengurangi pergerakkan tubuh untuk berpindah tempat serta melakukan pergerakkan kepala secara perlahan untuk mempertahankan postur tubuh yang seimbang sehingga tingkat cybersickness dapat berkurang.