Abstract:
Kecelakaan lalu lintas di Indonesia terus meningkat sejak tahun 2017 dan mencapai puncaknya pada tahun 2022 dengan total kasus 131.150 kasus. Salah satu penyebab kecelakaan lalu lintas adalah kelelahan dalam mengemudi. Kelelahan dapat disebabkan oleh kurangnya durasi tidur dan perjalanan yang lama dan monoton. Salah satu upaya untuk mengatasi kelelahan adalah dengan melakukan olahraga secara rutin. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh kebiasaan olahraga terhadap kelelahan pengemudi, dengan tingkat kewaspadaan dan tingkat kantuk sebagai indikatornya. Penelitian ini menggunakan simulator mengemudi dalam laboratorium yang kondisinya terkontrol. Tingkat kewaspadaan diukur dengan PC-PVT 2.0, sebelum dan sesudah mengemudi di simulator mobil. Tingkat kantuk dievaluasi dari hasil perekaman data gelombang otak dengan Muse EEG selama 60 menit mengemudi. Partisipan penelitian dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan kebiasaan olahraganya, yaitu tidak olahraga, frekuensi rendah (1-2 kali per minggu), dan frekuensi tinggi (3-5 kali per minggu). Pada malam sebelum partisipan menjalani ketiga perlakuan eksperimen, ia diminta tidur selama empat jam (time in bed). Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada rasio kantuk yang merepresentasikan tingkat kantuk (pvalue = 0,941). Sedangkan hasil uji ANOVA pada tingkat kewaspadaan dengan indikator mean reaction time (p-value = 0,02), mean 1/RT (p-value = 0,014), dan percentage of number lapses (p-value = 0,004) menunjukkan perbedaan yang signifikan antar kategori partisipan. Hasil uji Post-Hoc menunjukkan partisipan yang berolahraga rutin 3-5 kali per minggunya memiliki kecepatan reaksi (p-value = 0,003, p-value = 0,04) dan percentage of number lapses (p-value = 0,039, pvalue = 0,035) yang lebih kecil dibandingkan kedua kategori lainnya kecuali pada rata-rata waktu reaksi (p-value = 0,004, p-value = 0,261). Hal tersebut dapat terjadi karena tidak dibedakannya jenis olahraga partisipan, dimana perbedaan jenis olahraga dapat menyebabkan perbedaan intensitas olahraga yang dapat mempengaruhi tingkat kantuk seseorang. Di sisi lain, walaupun frekuensi olahraga memiliki pengaruh terhadap tingkat kewaspadaan, berdasarkan penelitian terdahulu didapatkan bahwa perbedaan jenis olahraga tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap fungsi kognitif. Sebagai kesimpulan, kebiasaan olahraga tidak memberikan efek signifikan untuk mengatasi kantuk, tetapi kebiasaan berolahraga 3-5 kali per minggunya memberikan efek signifikan terhadap tingkat kewaspadaan. Maka dari itu, pengemudi dianjurkan untuk berolahraga 3-5 kali per minggunya untuk mempertahankan kewaspadaan dalam mengemudi. Namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasi hasil penelitian ini mengingat tidak dibedakannya jenis olahraga partisipan selain hanya frekuensinya saja.