dc.description.abstract |
Seiring dengan berkembangnya zaman, telah banyak bermunculan jenis industri yang ada Indonesia maupun secara global, salah satunya adalah industri konveksi. Dengan banyaknya jumlah industri konveksi di Indonesia terutama di Kab. Bandung, maka tidak luput dari adanya persaingan antara satu industri dengan industri lainnya. UMKM X merupakan suatu UMKM yang bergerak di industri konveksi dengan membuat produk-produk pakaian jadi seperti, kaos polos dan baju renang. Dengan adanya persaingan usaha yang ada, UMKM X ingin melakukan peningkatan kualitas supaya dapat bersaing dengan bidang usaha lain dan dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Peningkatan yang dilakukan UMKM X adalah dengan mengurangi produk cacat dalam produksi yang dilakukan. Metode yang digunakan dalam meningkatkan kualitas mutu di UMKM X adalah metode Six Sigma DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, danControl). Pada tahap awal yaitu define akan dilakukan identifikasi proses produksi, pembuatan diagram SIPOC, dan penentuan CTQ (Critical to Quality). Proses produksi yang dilakukan UMKM X terdapat 6 tahapan proses, yang mana berdasarkan CTQ yang diidentifikasi terdapat 4 jenis cacat yaitu cacat jahitan tidak rapi, cacat kotor, cacat jahitan lompat, dan cacat lubang. Pada tahap measure dilakukan pengumpulan data proses produksi untuk dibuat peta kendali dan menghitung performansi proses produksi. Pada sebelum perbaikan, UMKM X memiliki nilai DPMO sebesar 2200,sigma level sebesar 4,34, dan persentase defective sebesar 0,76%. Pada tahap analyze akan dilakukan identifikasi akar permasalahan dari penyebab produk cacat, yang mana menggunakan tools diagram pareto, ishikawa diagram, dan pembuatan FMEA. Pada tahap improve merupakan tahapan dalam pemberian usulan perbaikan untuk mengatasi cacat produk, yang mana terdapat 11 usulan perbaikan yang dilakukan. Pada tahap control merupakan tahapan dengan melakukan pengumpulan data proses produksi untuk mengetahui performansi proses produksi setelah perbaikan, yang mana nilai dari DPMO dan sigma level setelah dilakukan perbaikan secara berturut-turut adalah sebesar 1.274,066 dan 4,52. Adapun terjadi penurunan nilai persentase defective menjadi 0,34%. Sehingga dapat dikatakan bahwa tindakan perbaikan yang dilakukan di UMKM X dapat mengurangi produk cacat yang dihasilkan. |
en_US |