dc.description.abstract |
PT. X merupakan perusahaan besar di Indonesia yang bergerak dalam industri dirgantara. PT. X memberlakukan sistem make-to-order (MTO) pada teknik produksinya. Hal tersebut juga berlaku pada system persediaan spare part untuk warranty pesawat Y. Masa warranty untuk produk pesawat PT. X salah satunya adalah selama 1 tahun atau 600 jam terbang, yang artinya PT. Pesawat memiliki tanggung jawab untuk secepatnya memperbaiki atau mengganti komponen yang rusak selama masa warranty berlaku. Dikarenakan komponen yang akan mengalami kerusakan dan memerlukan penggantian tersebut tidak dapat diprekdiksi dan jika PT.X melakukan penyimanan spare part sebanyak satu buah setiap komponen setiap tahunnya, PT.X akan dikenai biaya sebesar Rp8.500.392.334 per tahunnya, maka dari itu PT.X tidak menyimpan spare part. Akan tetapi, terdapat alternatif lain dengan biaya yang lebih rendah yaitu sebesar Rp4.200.282.319, strategi ini menimbulkan masalah seperti customer service level yang 0%. Oleh karena itu dilakukan perhitungan reorder level dimana, perhitungan tersebut menunjukan bahwa jumlah persedian tidak bernilai integer melainkan 0 < reorder level < 1. Hal tersebut mengartikan bahwa minimal stock level dari setiap komponen adalah 1 atau 0. Dengan menggunakan model matematika knapsack dengan nilai varibel keputusan 0 dan 1, diperoleh biaya minimum sebesar Rp1.511.002.338 dengan customer service level 55%. Selain itu, customer service level dapat ditingkatkan secara optimal hingga 67.5% dengan biaya Rp1.723.883.421 dengan kombinasi persediaan tertentu. |
en_US |