Abstract:
Bendungan Kedunglanggar merupakan bendungan yang akan dibangun di Kabupaten Batang untuk memenuhi kebutuhan air baku, industri, irigasi, dan PLTMH. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh peta genangan dan daerah bahaya banjir akibat keruntuhan bendungan yang merupakan komponen dari Rencana Tindak Darurat (RTD) untuk bendungan. Penelitian diawali dengan analisis debit outflow akibat keruntuhan Bendungan Kedunglanggar dengan pemodelan menggunakan HEC-RAS. Bendungan Kedunglanggar telah direncanakan aman terhadap debit banjir PMF, di mana overtopping tidak terjadi, sehingga simulasi hanya dilakukan pada keruntuhan akibat piping. Simulasi keruntuhan bendungan dilakukan dengan parameter bentuk akhir rekahan yang diperoleh dari lima persamaan empiris. Dari simulasi tersebut, metode Froehlich 2008 menghasilkan debit outflow dengan nilai puncak debit terbesar dan waktu pembentukan keruntuhan tersingkat. Pada kondisi banjir PMF dan cerah berturut-turut nilai puncak debit banjir diperoleh sebesar 23.834,5 dan 19.286,82 m3/s, dengan waktu pembentukan keruntuhan masing-masing sebesar 28,2 menit dan 25,2 menit. Hasil hidrograf debit outflow ini yang kemudian digunakan dalam simulasi sebaran banjir dengan pemodelan HEC-RAS 2D dengan terrain MERIT Hydro. Pemodelan yang menghasilkan sebaran genangan banjir yang paling luas dengan kecepatan maksimum banjir yang paling besar adalah skenario piping atas. Simulasi pada kondisi hujan dan cerah menghasilkan luas masing-masing 1.036,61 dan 948,68 ha. Hasil analisis keterpaparan dari peta genangan tersebut menunjukkan bahwa terdapat delapan desa yang terdampak genangan banjir akibat keruntuhan bendungan ini. Dari delapan desa, tiga desa dipilih sebagai lokasi tinjauan lebih lanjut. Waktu kedatangan banjir terhadap indikasi awal terjadinya rekahan berkisar antara ±15 s/d ±44 menit pada kondisi banjir PMF, dan ±20 s/d ±56 menit pada kondisi cerah. Pada kondisi PMF, sebelum terjadi keruntuhan bendungan, banjir telah terjadi pada palung sungai, sehingga penduduk sudah lebih waspada. Namun, tidak demikian halnya pada keruntuhan bendungan pada kondisi cerah, sehingga keruntuhan pada kondisi cerah tidak dapat diabaikan, karena menyimpan ancaman yang lebih besar.