Abstract:
Seorang arsitek tidak selalu bisa menjelaskan apa yang dia pikirkan saat merancang. Dalam penelitian
pada beberapa profesional arsitek, didapat temuan bahwa ternyata para arsitek dalam proses
merancangnya tidak selalu menggunakan proses linier seperti analisis, sintesis dan evaluasi. Bagaimana
para profesional arsitek berpikir dan berproses inilah yang menjadi pokok pembahasan. Penelitian ini
merupakan penelitian pada sikap normatif, metode, strategi, tahapan dan lainnya yang terkait dengan
proses merancang, dengan kasus studi empat di antara tokoh perempuan arsitek, yaitu Wendy Djuhara,
Maria Rosantina, Daliana Suryawinata dan Osrithalita Gabriella. Keempat perempuan arsitek ini terpilih
karena, selain menjadi bagian dari fenomena berkembang pesatnya jumlah perempuan arsitek di seluruh
dunia di awal abad 21, termasuk di Indonesia. Mereka juga memenuhi beberapa kriteria untuk di kaji.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Selain observasi lapangan,
data primer didapatkan melalui wawancara, karena itu metode analisis yang digunakan adalah analisis
data teks kualitatif. Sebagai instrumen analisisnya, menggunakan landasan pemikiran dari Rowe (1991)
mengenai sikap normatif sebagai praktisi arsitek dan 4 (empat) teori merancang dari Jones (1970),
Broadbent (1977), Lawson (2005) serta Dorst (2006). Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengungkap
seperti apa sikap normatif keempat tokoh perempuan arsitek yang menjadi kasus studi dalam
menjalankan praktek profesionalnya 2) Bagaimana proses merancang yang dilakukan keempat
perempuan arsitek tersebut pada 8 (delapan) karya arsitektural yang mewakili karakteristik pribadi
masing-masing 3) Bagaimana relasi dan dinamika proses merancang dari keempat perempuan arsitek
tersebut. Hasil penelitian menyimpulkan beberapa hal yaitu, 1) Tidak ada satupun fase merancang
Craftmanship pada empat arsitek tersebut. Bahkan Maria, Daliana & Osrithalita sudah masuk fase
design methods 2) Metode Glass box yang berbasis data & analisis rasional sebagai metode merancang
3) Yang menjadi panduan utama dalam merancang adalah cient 4) Komposisi massa & ruang, sering
menjadi permasalahan. Karena hal ini terkait keinginan client, teknis dan biaya serta bagian dari ego
arsitek yang ingin memiliki “signature” dirinya. Kajian ini akan bermanfaat bagi pengayaan keilmuan
arsitektur, juga pendidikan arsitektur, khususnya mahasiswa, serta peneliti arsitektur yang dapat
menggunakan penelitian ini sebagai landasan peneilitian selanjutnya.