Abstract:
Salah satu hal yang sering dilupakan oleh manusia adalah dampak
sampah yang begitu besarnya dimana dapat berdampak pada aspek kesehatan,
sosial, ekonomi, dan lain-lain. Sampah terbesar yang dihasilkan adalah sampah
yang berasal dari pemukiman yaitu sampah rumah tangga. Yang saat ini terjadi
adalah mayoritas masyarakat tidak memilah sampahnya terlebih dahulu dan
langsung membuang seluruh sampah yang dihasilkan pada satu tempat sampah.
Hal ini yang membuat sampah-sampah tersebut tidak tertangani dengan baik
karena terdapat sampah yang butuh tindakan khusus agar tidak merusak
lingkungan yaitu sampah anorganik dan sampah B3. Dengan adanya program
Kang Pisman dan program-program yang dilakukan oleh pihak berwenang, dinilai
belum efektif dalam mengurangi sampah yang timbul dan sampah yang diangkut
ke TPA. Selanjutnya, penelitian dilakukan menggunakan pendekatan design
thinking untuk memahami permasalahan dari sudut pandang user. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan double diamond approach yang terdiri dari
understand, observe, define POV, ideate, prototype, test, dan reflect. Pengambilan
data dilakukan dengan melakukan wawancara kepada seluruh pihak terkait, yaitu
Lurah Hegarmanah, 6 orang ketua RW, beberapa warga, dan pihak lainnya.
Setelah mengetahui masalah dan melakukan observasi, ide-ide yang muncul
kemudian dilakukan voting untuk memilih ide yang terbaik. Ide-ide terbaik yang
membutuhkan usaha kecil namun menghasilkan dampak yang sangat besar dipilih
dan diterapkan dengan mempertimbangkan constraint yang ada. Terdapat dua ide
yang terpilih yaitu memberikan panduan pemilahan sampah rumah tangga kepada
warga dan memberlakukan insentif bagi warga yang memilah sampah rumah
tangganya. Kemudian, ide-ide yang terpilih dibuat prototipe dan dilakukan uji coba
serta evaluasi. Terakhir, uji coba dilakukan kepada enam buah perwakilan rumah
tangga yang seluruhnya adalah ibu rumah tangga selama satu minggu. Dari poster
panduan pemilahan sampah rumah tangga yang diberikan, warga merasa poster
tersebut sangat efektif dalam pemilahan sampah, mudah dipahami dan mudah
dilakukan, serta tampilannya menarik. Dari keenam perwakilan tersebut, terdapat
satu rumah tangga yang telah menerapkan pemilahan sampah namun
pemilahannya belum benar. Hasil sampah yang terpilah kemudian diantarkan ke
bank sampah RW 09 untuk ditimbang dan dijual pada hari ke-8. Hasil sampah
yang terkumpulkan adalah sekitar 24 kg yang terdiri dari 2 kg plastik, 5 kg kaca
beling, 2 kg logam, 2 kg minyak jelantah, dan 13 kg kardus. Perwakilan warga
tersebut mendapatkan uang hasil penjualan sampah dalam bentuk tabungan yang
dapat ditukar dengan emas jika memiliki saldo minimal Rp 40.000. Sedangkan
untuk sampah organik dilakukan pengomposan bagi yang memiliki lahan dan alat
kompos. Bagi yang tidak memiliki fasilitas kompos dapat menempatkan sampah
organiknya di tempat sampah dan akan diangkut oleh petugas kebersihan. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan sampah yang terpilah dan ide-ide yang
diterapkan dapat mengurangi sampah yang timbul karena hampir semua sampah
anorganik dan sampah B3/residu dapat dijual ke bank sampah.