Abstract:
Populasi masyarakat Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Peningkatan populasi menyebabkan peningkatan jumlah konsumsi masyarakat
yang berdampak pada meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan. Berdasarkan data
dari databoks.katadata.co.id diketahui rumah tangga merupakan penyumbang sampah
terbanyak. Kemudian berdasarkan hasil survei Katadata Insight Center (KIC) pada tahun
2019, diketahui sebanyak 50,8% rumah tangga tidak memilah sampah dan 79%
diantaranya tidak memilah karena tidak ingin repot. Perilaku rumah tangga yang tidak
memilah sampah tersebut menjadi permasalahan yang penting untuk diselesaikan karena
sampah yang sudah tercampur tidak dapat dipilah dan didaur ulang kembali. Melihat
kondisi tersebut, maka perlu dilakukan perancangan tempat sampah yang dapat
mempersuasi rumah tangga untuk memilah sampah dan memudahkan aktivitas pemilahan
sampah, dimana tempat sampah adalah alat utama dalam mengelola sampah di rumah.
Permasalahan sampah merupakan permasalahan yang kompleks (wicked problems) dan
metode yang sesuai untuk menyelesaikannya adalah design thinking karena salah satu
kerangka berpikir design thinking adalah menerima kompleksitas. Penelitian dengan
design thinking dilakukan dengan melalui enam tahapan yaitu understand, observe, define,
ideate, prototype, dan test. Dalam pengujian prototipe, tingkat persuasif dari rancangan
tempat sampah dinilai menggunakan Perceived Persuasiveness Questionnaire (PPQ).
Rancangan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah tempat sampah yang terdiri dari 4
kotak yang dapat dipisah dan digabungkan. Pada bagian dalam kotak terdapat sekat
adjustable dan pada bagian luar kotak terdapat QR-code yang terhubung ke linktree yang
menunjukkan berbagai macam jasa pengumpul sampah terpilah. Setiap kotak memiliki
tutup yang dilengkapi dengan kartu pemilahan yang dapat dilepas pasang pada
permukaannya. Tempat sampah ini juga dapat mengeluarkan suara yang mengingatkan
penggunanya untuk konsisten memilah sampah.