dc.description.abstract |
Hybrid learning merupakan metode pembelajaran yang digunakan dalam melaksanakan
pertemuan tatap muka (PTM) terbatas di Indonesia. Salah satu satuan pendidikan yang
ikut melaksanakan PTM terbatas adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) Pandu.
Ketika dilakukan praktikum hybrid di laboratorium IPA, masih terdapat kekurangan yang
ditemui seperti kesulitan guru dalam mengawasi siswa di dua lokasi berbeda, fasilitas yang
kurang mendukung, serta terbatasnya komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa,
terutama dengan siswa daring. Maka dari itu, perlu dirancang fasilitas pendukung yang
mampu menunjang praktikum hybrid di SMP Pandu. Fasilitas pendukung praktikum hybrid
dirancang menggunakan metode Design Thinking yang berfokus pada kebutuhan
pengguna. Adapun pengguna laboratorium IPA terdiri dari guru, siswa luring, dan siswa
daring. Perancangan diawali tahap empathize yang dilakukan dengan observasi dan
wawancara kepada 2 guru, 4 siswa luring, dan 6 siswa daring. Dari wawancara, diperoleh
54 pernyataan pengguna yang diterjemahkan menjadi 11 jenis pernyataan kebutuhan di
tahap define. Pernyataan kebutuhan dikelompokkan ke dalam 5 grup yang dibagi
berdasarkan kemiripan kebutuhan. Selanjutnya dilakukan brainstorming pada tahap ideate
yang menghasilkan 7 alternatif usulan. Kemudian, alternatif usulan tersebut dipilih melalui
proses dot voting dan alternatif yang terpilih dijadikan high-fidelity prototype pada tahap
prototype. Pada tahap prototype juga ditentukan spesifikasi fasilitas yang disarankan untuk
keperluan pengujian. Untuk mengevaluasi alternatif yang diusulkan, dilakukan field testing
pada tahap test melalui simulasi praktikum hybrid di laboratorium IPA SMP Pandu.
Pengujian dihadiri oleh 1 guru praktikum, 11 siswa luring, dan 13 siswa daring. Evaluasi
kuantitatif dilakukan menggunakan Student Engagement in Schools Questionnaire (SESQ)
dan Teacher Engagement Report Form-New (TERF-N) dengan skala Likert (1 – sangat
tidak setuju; 5 – sangat setuju) untuk mengukur keterlibatan siswa pada praktikum hybrid.
SESQ dinilai berdasarkan 3 faktor, yaitu affective: liking for learning, affective: liking for
school, dan behavior: effort & persist. Hasil penilaian SESQ terhadap ketiga faktor secara
berturut-turut adalah 3,84; 4,11; dan 3,64. TERF-N juga dinilai berdasarkan 3 faktor, yaitu
affective, behavioral, dan cognitive. Hasil penilaian TERF-N terhadap ketiga faktor secara
berturut-turut adalah 4,39; 4,79; dan 4,12. Dikarenakan hasil kuesioner bernilai lebih dari
3, maka usulan fasilitas sudah mendukung keterlibatan siswa SMP Pandu selama
praktikum hybrid. Evaluasi kualitatif dilakukan melalui wawancara terhadap guru praktikum
IPA, 3 siswa luring, dan 2 siswa daring. Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan
bahwa usulan fasilitas pendukung sudah memenuhi 8 dari 11 jenis kebutuhan pengguna
laboratorium IPA SMP Pandu. |
en_US |