Abstract:
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh wacana kepunahan warisan hunian vernakular di seluruh dunia, termasuk di wilayah Sumatera Utara, dan secara khusus di Kabupaten Karo. Wacana ini dihubungkan dengan kesenjangan pendekatan pelestarian yang dilakukan di lokasi studi, dan fenomena peniruan rumah adat, yang dianggap memiliki potensi untuk mengisi kesenjangan yang terdeteksi. Dari perspektif tersebut, dikedepankan isu pelestarian warisan dengan premis: Mimesis berperan dalam pelestarian warisan hunian vernakular melalui peniruan dan pengulangan kode spasial yang bersifat spesifik-budaya, dan tesa kerja: Metode mimesis dapat mengisi kesenjangan pelestarian warisan dalam hal keterlibatan “komunitas” dan “kontinuitas” budaya. Objek penelitian adalah hunian vernakular yang mencakup rumah adat Karo (RAK) dan hunian vernakular kontemporer (HVK). Penelitian ini bertujuan merumuskan dan menerapkan metode mimesis-semiosis (M-S) untuk mengidentifikasi kode spasial yang dominan dan unik, yang dapat diadopsi pada HVK. Hasil dari proses ini digunakan untuk menginterpretasi kontinuitas ekspresi budaya. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan paradigma pragmatisme. Taktik kualitatif yang digunakan terdiri dari observasi, wawancara tidak terstruktur, dan Focus Group Discussion, di mana metode M-S diterapkan. Untuk mengisi kesenjangan ekspresi budaya yang bersifat kebendaan, teridentifikasi kode spasial yang dominan dan unik pada aspek ornamentasi, yaitu retret, tapak Raja Sulaiman, dan embun sikawiten. Penelitian dapat membuktikan tesa kerja dengan sudut pandang bahwa peniruan dan penerapan ornamen Karo pada HVK adalah termasuk tindakan pelestarian warisan yang melibatkan komunitas inti dan menciptakan kontinuitas ekspresi budaya.