Abstract:
Lokasi geografis Indonesia dengan intensitas gempa yang tinggi menjadi tantangan besar dalam pembangunan infrastruktur gedung. Pada pembangunan gedung hotel, apartemen, atau mall ada bentuk-bentuk khusus yang ingin ditampilkan seperti bentuk denah yang asimetris. Idealnya bentuk denah gedung lebih baik dibuat simetris untuk menghindari eksentrisitas pusat massa dan kekakuan yang mengakibatkan gedung mengalami gerak rotasi saat terjadi gempa. Penggunaan
sistem dilatasi bertujuan untuk memisahkan bangunan asimetris menjadi beberapa bagian yang simetris. Pada penelitian ini meninjau apakah gedung dengan model asimetris berbentuk L yang didilatasi dengan sambungan elastis masih berperilaku baik saat terjadi gempa. Sambungan elastis pada celah dilatasi dapat menyerap energi benturan lalu mentransfer dalam bentuk gaya dalam pada elemen struktur.
Pada analisis riwayat waktu nonlinier pada model menunjukan bahwa kinerja struktur
dengan 3 buah rekaman gempa yakni Gempa Landers, USA 1992, Gempa Taiwan 1986, dan
Gempa Chi Chi menghasilkan kinerja yang sangat beragam. Kinerja struktur model terhadap Gempa Taiwan menghasilkan kinerja paling buruk dengan indikasi adanya kegagalan sendi plastis pada kolom dengan status Collaps Prevention (CP), disusul dengan Gempa Landers dengan status kinerja Life Safety (LS). Kinerja struktur paling baik terhadap rekaman Gempa Chi Chi dengan status kinerja Immediate Occupancy (IO). Jarak celah dilatasi pada model sangat mengakomodasi
perpindahan inelastik antar pertemuan struktur sehingga potensi pounding tidak terjadi.